Dilansir dari NU online, kepercayaan adanya hari sial seperti Rebo Wekasan sudah terjadi dalam masyarakat jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab.
Bangsa Arab kerap mengatakan jika bulan Safar adalah bulan sial.
Shafar atau Safar punya satu suku kata dengan kata Shifr yang berarti kosong. Di mana, saat Safar bangsa Arab pergi ke medan perang dan mengosongkan rumah.
Artinya, anggapan bulan Safar adalah bulan sial adalah peninggalan dari umat jahiliyah bangsa Arab.
Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda, "Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam al-Bukhari dan Muslim).
Meski demikian, dalam Rebo Wekasan ada faktor akulturasi budaya Jawa dengan Islam secara intensif, di mana Islam di Jawa punya karakter tersendiri karena ada sejumlah ritual keagamaan dari perpaduan dari nilai-nilai Islam dengan animisme dan dinamisme.
Kini, Rebo Wekasan dianggap sebagai mitos. Namun juga tidak sedikit yang terus melestarikannya.
Lalu, apakah ibadah Rebo Wekasan dilarang Islam?