Profil K.R.T Hardjonagoro, Budayawan Tionghoa di Solo yang Jadi Google Doodle Hari Ini 11 Mei 2021

11 Mei 2021, 14:44 WIB
Profil K.R.T Hardjonagoro yang jadi Google Doodle Hari Ini. /Tangkap layar goole.com

BERITA DIY – Nama Go Tik Swan atau K.R.T Hardjonagoro muncul menjadi tampilan Google Doodle hari ini, Selasa, 11 Mei 2021.

Menampilkan pria dengan pakaian busana Jawa, Google Doodle rupanya sedang merayakan ulang tahun ke-90 pelopor Batik Indonesia tersebut pada hari ini, 11 Mei 2021.

Pria yang dikenal sebagai budayawan dan sastrawan Indonesia ini ternyata merupakan putra sulung dari priyayi Tionghoa di kota Solo.

Baca Juga: Profil Band NAIF: Mulai Awal Terbentuk, Perjalanan Karier, hingga Akhirnya Bubar

Selengkapnya, berikut profil K.R.T Hardjonagoro yang muncul dalam Google Doodle hari ini:

Lahir dari seorang ayah keturunan Luitenant der Chinezen di Boyolali serta Ibu cucu dari Luitenant de Chinesen Surakarta pada 11 Mei 1931, K.R.T Hardjonagoro lebih sering diasuh oleh sang Kakek, Tjan Khay Sing.

Pria yang akrab disapa Go Tik Swan ini diasuh oleh sang kakek dari pihak Ibu yang merupakan pengusaha batik di Solo.

Sejak kecil, K.R.T Hardjonagoro memang akrab dengan segala pernak-pernik batik, bahkan ia tak canggung bermain di antara tukang cap kain batik.

Baca Juga: Profil Emha Ainun Nadjib, Budayawan yang Biasa Dikenal dengan Nama Cak Nun

Tak hanya mengenai proses batik, Go Tik Swan juga sering mendengarkan Macapat, Pedalangan, Gending, Hanacaraka, dan Tarian Jawa.

Bersama warga Kraton dan anak-anak bangsawan lain, K.R.T Hardjonagoro kemudian menempuh pendidikan di Neutrale Europesche Lagere School.

Minat K.R.T Hardjonagoro pada Karawitan Jawa mulai tumbuh ketika Pangeran Hamidjojo sering mengadakan latihan tari di rumahnya.

Pangeran Hamidjojo merupakan putra dari Paku Buwana X dan seorang lulusan Penari Jawa Klasik dari Univeritas Leiden.

Baca Juga: Profil Novi Rahman Hidayat, Bupati Nganjuk yang Ditangkap KPK atas Dugaan Jual Beli Jabatan

Kecintaannya pada budaya Jawa mulai kental, bahkan kekhawatiran orang tua K.R.T Hardjonagoro sempat meningkat ketika sang putra memilih jurusan Sastra Jawa di Fakultas Sastra Universitas Indonesia saat itu.

Kecemasan orang tua Go Tik Swan saat itu tentang bagaimana sang putra nantinya mencari nafkah usai lulus dari jurusan tersebut.

Pemilihan jurusan tersebut dilakukan K.R.T Hardjonagoro usai tamat dari Meer Uitgebreid Lager Onderwijs(MULO) Sekolah Menengah Pertama Jaman Kolonial Belanda, dan Voortgezet Hooger Onderwijs (VHO).

Baca Juga: Profil Toriq Hadad: Perintis Tempo Interaktif dan Jejak Karirnya di Tempo Media Group

Usai masuk di Fakultas Sastra UI, K.R.T Hardjonagoro mulai mengagumi dua pengajar yang kemudian memberikan pengaruh besar terhadap karirnya.

Pertama, Profesor Dr. Tjam Tjoe Siem yang merupakan ahli Sastra Jawa dari Solo dan lulusan Leiden, dan kedua, Profesor Dr.R.M.Ng.Poerbatjaraka, merupakan otodidak legendaris.

Go Tik Swan kemudian mulai berlatih menari di rumah Profesor Dr.R.M.Ng.Poerbatjaraka hingga ia bersama tim pernah diundang menari oleh Presiden Soekarno di Istana.

Saat itulah, Go Tik Swan menggunakan nama Hardjono hingga menarik kesan tersendiri oleh Presiden Soekarno.

Baca Juga: Profil Noe Letto, Putra Cak Nun yang Mengaku Pernah Jadi Atheis

Kecintaannya pada budaya Jawa yang lain semakin meninggi saat Soekarno mengusulkan Tik Swan untuk menciptakan Batik Indonesia.

Ia kemudian pulang ke Solo dan mulai menciptakan banyak hal yang baru tentang batik, bahkan pola-pola langka yang tak dikenal berhasil menjadi ciri khasnya.

Hari ini, tepat 90 tahun lalu Indonesia melahirkan budayawan ternama dari Kota Solo yang dikenal dengan nama Profesor K.R.T Hardjonagoro, beliau kemudian wafat pada 5 November 2008 lalu.***

Editor: Mufit Apriliani

Tags

Terkini

Terpopuler