BERITA DIY - Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko kini kembali muncul ke publik dan menjelaskan mengapa dirinya bersedia menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang.
Ia juga mengakui khilaf lantaran tidak memberitahukan istri dan keluarganya terkait keputusan yang diambil.
Selain itu, Moeldoko juga meminta agar masyarakat tidak membawa nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas persoalan ini.
Sebagaimana diketahui, Moeldoko baru saja didulat untuk memimpin Partai Demokrat melalui KLB yang digelar di Deli Serdang awal bulan ini.
Moeldoko disebut-sebut mengambil allih kekuasaan (kudeta) terhadap Demokrat yang saat ini masih sah dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono.
Usai menjadi Ketum PD, Moeldoko jarang tampil ke publik. Beberapa acara konferensi pers yang digelar Demokrat versi KLB ini hanya diikuti oleh para penggagas KLB lainnya.
Namun Moeldoko kemudian menjawab beberapa pertayaan publik soal dirinya yang menjadi pimpinan partai berlambang Mercy ini.
Moeldoko mengaku melihat kekisruhan dan arah demokrsi yang sudah bergeser di Demokrat. Ia juga mengklaim ini sebagai bentuk menyelamatkan Demokrat dan bangsa.
"Saya orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat. Kekisruhan sudah terjadi, arah demokrasi sudah bergeser di dalam tubuh Demokrat." ujr Moeldoko dikutip Berita DIY dari akun instagramnya, @dr_moeldoko 28 Maret 2021.
"Terjadi pertarungan ideologis yang kuat menjelang 2024. Pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali, ini menjadi ancaman bagi cita-cita menuju Indonesia Emas 2045." tambahnya.
"Ada kecenderungan tarikan ideologis itu terlihat di tubuh Demokrat, jadi ini bukan sekedar menyelamatkan Demokrat, tapi juga menyelamatkan bangsa." terang Moeldoko.
"Itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat, setelah tiga pertanyaan yang saya ajukan kepada peserta KLB." jelas KSP.
"Terhadap persoalan yang saya yakini benar dan itu atas otoritas pribadi yang saya miliki, maka saya tidak mau membebani Presiden."
"Saya juga khilaf, tidak memberitahu kepada istri dan keluarga. Saya terbiasa mengambil risiko seperti ini, demi kepentingan bangsa dan negara. Untuk itu, jangan bawa-bawa Presiden untuk persolan ini." pungkasnya.***