ISI Teks Khutbah Jumat NU Singkat Terbaru Paling Bagus Menggetarkan Jiwa Tema Menjaga Harmoni saat Pemilu PDF

- 22 Desember 2023, 07:40 WIB
Ilustrasi. Isi teks khutbah Jumat NU singkat terbaru paling bagus menggetarkan jiwa dan menyentuh hati tema menjaga harmoni saat pemilu, link PDF.
Ilustrasi. Isi teks khutbah Jumat NU singkat terbaru paling bagus menggetarkan jiwa dan menyentuh hati tema menjaga harmoni saat pemilu, link PDF. /FREEPIK/wirestock

Kita sebagai umat Islam yang berada di Indonesia sudah sepantasnya dan seharusnya selalu bersyukur tiada kira kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Atas berkat rahmat-Nya lah kita diberikan kehidupan menjadi warga negara Indonesia yang kita cintai ini. Di negeri yang kita huni sekarang ini, kita sebagai umat Muslim bebas melaksanakan ibadah dengan aman dan nyaman, tidak ada larangan dari siapa pun. Hampir tidak ada daerah yang tidak ada masjidnya. Adzan berkumandang keras di semua masjid dan mushala, tidak ada aturan negara yang melarang. Hari besar agama Islam dihormati bahkan sampai meliburkan jam kerja kantor dan sekolah dari mulai hari raya Idul Fitri, Idul Adha, peringatan Maulid Nabi, Isra’ dan Mu’raj, tahun baru Hijriah, dan lain sebagainya.

Baca Juga: ISI Teks Khutbah Jumat NU Paling Bagus Lengkap dengan Doanya Singkat Terbaru Mengumbar Aib di Tahun Pemilu PDF

Terdapat sinergi antara aturan agama dan negara. Belum lagi tentang peribadatan haji di Makkah yang dimediatori oleh pemerintah, penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan lain-lain, hingga urusan menikah dengan adanya Kantor Urusan Agama atau KUA, undang-undang perkawinan, pengadilan agama dan lain halnya. Semua ini kita akui atau tidak adalah sesuatu yang sangat mendukung keberislaman kita di atas bumi pertiwi ini. Maka marilah kita ucapkan alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Hadirin yang Berbahagia

Sudah menjadi fakta bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang mempunyai penduduk majemuk, tidak hanya terdiri dari satu agama, satu suku, dan satu ras saja, tapi multiagama, multisuku, dan multiras. Sementara ini, alhamdulillah kita diberikan pertolongan oleh Allah SWT untuk hidup yang relatif damai, rukun berdampingan tanpa ada perseteruan berarti.

Perlu diketahui bahwa Rasulullah Muhammad ﷺ dalam menjalani kehidupannya baik di Makkah maupun di Madinah juga di tengah kondisi sosial masyarakat yang majemuk. Mereka ada yang Muslim dan kafir. Di Makkah, Rasulullah ﷺ dicemooh, dihina, diludahi, dilempari batu saat shalat, dianggap berbohong, dituduh sebagai tukang sihir, dan lain sebagainya, karena tidak ada perintah dari Allah, Rasulullah bertahan dalam kondisi demikian selama 13 tahun, tanpa melawan.

Begitu pula saat di Madinah. Masyarakat Madinah juga tidak seratus persen Muslim. Kabilah dan suku pun beragam. Semuanya bisa hidup berdampingan dengan Rasulullah. Bahkan, dalam kisah yang masyhur, saat Rasulullah ﷺ kembali ke rahmatullah, ada satu pakaian zirah atau baju perang milik Rasul yang masih digadaikan kepada seorang Yahudi. Artinya, Rasulullah bisa berdampingan dengan mereka dalam urusan tatanan sosial kemasyarakatan. Adapun urusan tauhid, sudah jelas bahwa Rasulullah selalu mengajak mengesakan Allah Subhanahu Wa Taala, tidak hanyut atau terbawa dengan masyarakat sekitar. Akan tetapi dalam ranah berkehidupan dalam masyarakat, Rasulullah ketika berkuasa, tidak lantas menumpas habis orang kafir yang ada.

Baca Juga: TEKS Khutbah Jumat Kemenang Terbaru Edisi 15 Desember 2023 Singkat 1 Lembar Intropeksi Diri di Akhir Tahun PDF

Ketika Rasulullah ﷺ ditawari malaikat untuk menimpakan gunung Uhud kepada orang-orang yang membangkang, Rasulullah tidak berkenan. Kata Rasul, barangkali nanti, apabila tidak orang tuanya yang masuk Islam, anak-anaknya kelak akan masuk Islam. Padahal, Rasulullah bisa saja berdoa sebagaimana doanya Nabi Nuh supaya umatnya tenggelam, atau tertimpa bencana besar. Namun, beliau tidak melakukan hal tersebut.

Melalui akhlak Nabi-lah, Umar bin Khattab yang semula sangat memusuhi Islam, Khalid bin Walid yang ganas melawan Islam, begitu pula Wahsyi, seorang budak yang membunuh paman Nabi Muhammad ﷺ saat perang Uhud, akhirnya juga masuk Islam di kemudian hari. Tak hanya itu, Umar bin Khattab juga menjadi mertua Rasulullah, juga menjadi amirul mukminin, khalifah kedua setelah Rasulullah tiada. Khalid bin Walid di kemudian hari justru menjadi panglima perangnya umat Islam waktu itu.

Halaman:

Editor: F Akbar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah