Prosa: Lelaki Berkacamata yang Tiap Minggu Aku Temui di Rumah Tuhan

- 10 September 2020, 09:03 WIB
ilustrasi lelaki
ilustrasi lelaki /pexels/ ricardo esquivet

Aku jatuh cinta pada sesosok asing. Ia lelaki berkacamata yang aku temui tiap minggu di rumah Tuhan. Bagiku ia tampan, ahhh bukan dia manis, berkarisma dengan kacamata yang ia kenakan.

Ia tampak sangat gagah dengan kemeja batik yang ia kenakan, rambutnya ia sisir rapi. Sayang, jarang sekali aku lihat senyum dari bibirnya. Namun juga tak kulihat kedukaan pada kedua bola matanya. Ia seolah berbincang dengan Tuhan dalam diamnya.

Aku melihatnya pertama kali saat aku masih di bangku SMP. Rutinitas sekolah dan ibadahku yang konsisten, mempertemukanku dengannya. Lokasi paling nyaman mengadu dengan Tuhan yang mendekatkanku dengannya, berkali-kali tanpa sengaja kami duduk berdampingan.

Aku menyukai caranya membuat tanda salib, caranya membungkuk kala memberi hormat, juga kekhusyukannya dalam berdoa. Sayangnya aku tak tahu bagaimana suaranya, meskipun berdampingan suaranya selalu terkalahkan oleh suara ibu-ibu yang sepertinya anggota paduan suara gereja atau bahkan anak kecil yang rewel karena tidak betah

Aku selalu bertanya-tanya berapa usianya? Apakah ia memiliki kekasih? Jika iya, mengapa iya selalu pergi ke gereja bersama ibunya? Ahhh.. mungkin ia anak yang berbakti. Sungguh idaman, batinku.

Aku selalu memikirkan cara bagaimana aku dapat menyapanya menanyakan namanya karena mengetahui ia duduk di belakangku saja sudah membuat jantungku berdebar.

Seiring berjalannya waktu, kesibukan dan cara berpikirku mulai berubah. Memasuki bangku kelas tiga SMA aku jarang melihatnya lagi, sesekali hanya melihat ibunya. Beberapa kali natal dan paskah berlalu tanpa kehadirannya yang mempesona.

Aku kira, hatiku sudah berpaling. Tapi paskah saat usiaku hampir dua puluh tahun. Aku melihatnya, lagi-lagi bersama ibunya, masih dengan gaya yang sama, masih dengan kebiasaan yang sama. Caranya membuat tanda salib, memberi hormat, kekhusyukannya berdoa menghipnotisku sekali lagi

Ahh.. ternyata masih sama. Aku jatuh cinta pada lelaki berkacamata yang tiap minggu aku temui di rumah Tuhan.Paskah tahun ini, aku berdoa. Tuhan bolehkah aku hidup bersamanya?

Halaman:

Editor: Resti Fitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah