Di dalam setiap diri manusia ada nafsu yang bercokol dan tidak bisa dihilangkan karena memang itu ketentuan dari Allah. Nafsu tidak bisa dihilangkan oleh setiap manusia, akan tetapi yang bisa dilakukan adalah mengontrol nafsu agar bisa diatur sesuai dengan kemauan pemiliknya.
Ketika melakukan ibadah haji, mengontrol nafsu, terutama nafsu lawwamah atau nafsu yang jelek menjadi sangat penting mengingat efek atau akibat tak mampu mengontrol nafsu bisa jadi tak sah atau rusak haji dan sangat mungkin tidak akan mendapatkan haji yang mabrur. Allah berfirman:
اَلۡحَجُّ اَشۡهُرٌ مَّعۡلُوۡمٰتٌ ۚ فَمَنۡ فَرَضَ فِيۡهِنَّ الۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوۡقَۙ وَلَا جِدَالَ فِى الۡحَجِّ ؕ وَمَا تَفۡعَلُوۡا مِنۡ خَيۡرٍ يَّعۡلَمۡهُ اللّٰهُ ؕ وَتَزَوَّدُوۡا فَاِنَّ خَيۡرَ الزَّادِ التَّقۡوٰى ۚ وَاتَّقُوۡنِ يٰٓاُولِى الۡاَلۡبَابِ
’’(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barang siapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat! ” (QS Al-Baqarah: 197)
Ketiga, memberi makan orang lain dan berucap yang baik
Orang yang baik adalah orang banyak memberi manfaat kepada orang lain. Makanan adalah kebutuhan pokok bagi seluruh manusia. Mengingat makanan adalah kebutuhan pokok sehingga menjadi penting memperoleh dan menikmati makanan sesuai dengan kebutuhan.
Di lain pihak bahwa memberikan makanan kepada orang lain menjadi hal yang sangat baik mengingat bahwa makanan adalah kebutuhan pokok bagi seluruh manusia. Oleh karena itu menjadi sesuailah ketika seseorang mendapatkan haji yang mabrur dan masih berkecukupan untuk memberikan makanan untuk orang lain, maka ia akan lakukan karena efek dari kemabruran hajinya.
Di samping memberi makan kepada orang lain, haji mabrur akan berpengaruh terhadap ucapan-ucapan yang dikeluarkan. Seorang yang beribadah haji selalu berucap dan bersikap yang baik, selalu berusaha mengontrol ucapan-ucapan yang tidak baik, sehingga yang keluar dari lisannya ucapan-ucapan yang baik