Dalam sebuah ruang,
berdiri sesosok perempuan manis,
bergaun putih tulang berhias bunga tulip,
rambutnya lurus hitam panjang tergerai kusut,
dihadapannya sebuah sketsa wajah
dengan gurat kasar penuh cerita,
saling pandang diam membisu.
Tetes air mata turun dari mata cokelat perempuan itu,
semakin lama bahunya bergoncang hebat,
ia rebah tersungkur tak berdaya.
Lirih ia memanggil,
“ayah, ayah, ayah”.
Denting jam tak terdengar,
hanya isak memenuhi ruang,
ia rebah terus memanggil lirih.
Perlahan angin berhembus,
diikuti suara memenuhi hatinya,
“Nduk, istirahat sebentar tidak masalah,
asal tidak lari dari masalah.
Semesta selalu punya rencana.
Semangat, nduk.”
Yogyakarta, Juni 2019.
-SaniCha