Perbedaan Rukyatul Hilal dan Hisab Penentuan Awal Puasa Ramadhan: Apa Pengertian dan Maksud dari Keduanya?

- 21 Maret 2023, 12:53 WIB
Ilustrasi - Perbedaan rukyatul hilal dan hisab penentuan awal puasa Ramadhan, apa pengertian dan maksud dari keduanya, bagaimana kriteria menentukannya.
Ilustrasi - Perbedaan rukyatul hilal dan hisab penentuan awal puasa Ramadhan, apa pengertian dan maksud dari keduanya, bagaimana kriteria menentukannya. /PEXELS/Saeid Anvar

BERITA DIY - Simak perbedaan rukyatul hilal dan hisab penentuan awal puasa Ramadhan, apa pengertian dan maksud dari keduanya, bagaimana kriteria menentukannya.

Istilah rukyatul hilal dan hisab biasanya banyak digunakan ketika umat Islam akan menentukan awal puasa atau 1 Ramadhan hingga 1 Syawal di tahun Hijriyah.

Lalu sebenarnya apa perbedaan dari rukyatul hilal dan hisab dalam penentuan awal puasa Ramadhan, apa pengertian dan maksud dari kedua istilah tersebut?

Umat islam di Indonesia biasanya akan menggunakan dua prinsip untuk menentukan awal puasa, yakni melalui rukyatul hilal dan hisab, namun keduanya sama-sama dilakukan dengan melihat bulan.

Baca Juga: Kapan Puasa Pertama 2023: Jadwal Puasa 1 Ramadhan 1444 H Menurut Muhammadiyah, NU, Pemerintah, Tanggal Berapa?

Pada artikel ini akan dijelaskan pengertian, maksud, dan perbedaan antara rukyatul hilal dan hisab. Informasi dilansir laman Mahkamah Agung RI Mahkamah Syar'iyah Aceh pada 10 Oktober 2011.

Rukyatul Hilal merupakan kriteria penentu awal bulan kalender hijriyah dengan cara merukyah atau mengamati hilal secara langsung. Cara ini sudah dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad:

Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal, jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)”.

Jika hasil pengamatan menunjukkan bahwa hilal (bulan sabit) tidak terlihan, maka bulan (kalender) yang sedang berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Baca Juga: Sidang Isbat Ramadhan 2023 Kemenag Kapan? Ini Jadwal dan Link Nonton Live Streaming di Sini

Cara menentukan awal puasa dengan rukyatul hilal biasanya digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU). Sementara Muhammadiyah biasanya menggunakan metode hisab.

Sementara itu wujudul hilal atau hisab penentuan awal puasa Ramadhan merupakan kriteria untuk menentuan awal bulan Ramadhan dengan menggunakan dua prinsip.

Jika Ijtimak (konjungsi) telah dimulai sebelum matahari terbenam atau biasa dikenal dengan ijtima’ qablal qhurub, dan bulan terbenam setelah matahari terbenam (moonset after sunset), maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah.

Saat terjadi peristiwa tersebut maka sudah dapat ditentukan awal bulan puasa tanpa perlu melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) bulan ketika matahari terbenam.

Baca Juga: Libur Awal Puasa Ramadhan 2023 Kemenag, Berapa Hari? Ini Kalender Libur Nasional dan Sekolah Maret 2023

Dilansir laman Muhammadiyah, secara garis besar, dari kedua cara penentuan 1 Ramadhan dari kedua cara memiliki perbedaan. Rukyatul hilal dilakukan dengan mengamati hilal pada saat matahari terbenam pada tanggal 29 bulan Kamariah.

Pengamatan baru dapat dilakukan ketika telah terjadi konjungsi bulan - matahari dan pada saat matahari terbenam, hilal sudah ada di posisi atas ufuk dan dapat terlihat.

Namun metode ini akan mengalami kendala ketika cuaca saat dilakukan pengamatan sedang buruk dan hilal ternyata belum terlihat, sehingga satu bulan akan dihitung 30 hari.

Rukyatul hilal lebih cocok digunakan untuk menentukan hari-hari besar Islam, seperti awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Namun tidak cocok untuk digunakan untuk membuat kalender Hijriyah.

Baca Juga: Jadwal Puasa Ramadhan 2023 Versi Muhammadiyah, NU, dan Pemerintah, Kapan Mulai Puasa 2023?

Biasanya MAMBIMS atau Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura menggunakan metode Imkan rukyat untuk menjadi metode hisab hakiki.

Cara ini dapat digunakan untuk membuat penanggalan kalenderi Hijriyah dengan melihat peredaran bulan. Jika pada sore hari ke-29 bulan kamariah berjalan saat matahari terbenam, bulan ada di atas ufuk dengan ketinggian sedemikian rupa sehingga bulan dapat diihat.

Lalu metode wujudul hilal atu hisab dianggap menjadi metode yang lebih akurat jika dibandingkan dengan imkan rukyat. Hari esok dianggap sebagai bulan baru dihitung ketika posisi bulan berada di ufuk pada saat matahari terbenam, meskipun tingginya baru 0,1 derajat.

Baca Juga: Quotes Menyambut Ramadhan 2023 Singkat: Cocok Jadi Caption di WhatsApp dan IG

Demikian informasi perbedaan rukyatul hilal dan hisab penentuan awal puasa Ramadhan, apa pengertian dan maksud dari keduanya, bagaimana kriteria menentukannya.***

Editor: F Akbar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x