Tumpek Wariga merupakan momen pemujaan Sang Hyang Sangkara sebagai Dewa Kemakmuran dan Keselamatan Tumbuh-tumbuhan yang dilaksanakan 25 hari sebelum Hari Galungan. Tradisi yang dilakukan masyarakat yaitu menghaturkan banten (sesaji) berupa Bubuh (bubur) Sumsum berwarna. Pada hari Tumpek Wariga pepohonan akan disiram tirta wangsuh atau air suci dan diberi sesaji berupa bubuh disertai canang pesucian, sesayut tanem tuwuh, serta sasat. Setelah itu, pemilik pohon akan mengelus batang pohon dan berharap pohonnya akan segera berbuah untuk upacara Galungan.
2. Sugihan Jawa
Sugihan Jawa merupakan hari penyucian segala sesuatu yang ada di luar diri manusia. Umat Hindu akan melaksanakan upacara bernama Mererebu atau Mererebon. Upacara tersebut dilakukan sebagai simbol pembersihan Merajan dan rumah. Sugihan Jawa akan dirayakan setiap hari Kamis Wage wuku Sungsang.
3. Sugihan Bali
Acara ini berupa pembersihan diri sendiri atau biasa disebut ‘Bhuana Alit’. Pelaksanaannya adalah dengan melakukan mandi dan memohon Tirata Gocara kepada Sulinggih sebagai simbol penyucian jiwa dan raga. Acara Sugihan Bali dilaksanakan setiap hari Jum’at Kliwon wuku Sungsang.
4. Hari Penyekeban
Hari penyekeban dirayakan setiap hari Minggu Pahing wuku Dungulan. Memiliki makna ‘Nyekeb Indriya’, acara ini dilakukan dengan cara mengekang diri sendiri agar tidak melakukan hal-hal buruk di mata agama.
5. Hari Penyajan
Menurut kepercayaan umat Hindu, pada hari Penyajan akan ada godaan dari Sang Bhuta Dungulan untuk menguji tingkat pengendalian diri menuju Hari Galungan. Oleh karena itu, Hari Penyajan dirayakan sebagai usaha untuk memantapkan diri sebelum perayaan Hari Raya Galungan. Hari Penyajan dirayakan setiap Senin Pon wuku Dungulan.