Materi Khutbah Jumat Akhir Tahun 2022, Menjelang Tahun Baru 2023, Introspeksi Diri di Akhir Tahun

- 30 Desember 2022, 06:15 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat. Teks khutbah Jumat akhir tahun 2022, untuk menjelang tahun baru 2023. Materi khutbah Jumat dengan tema Introspeksi Diri di Akhir Tahun.
Ilustrasi khutbah Jumat. Teks khutbah Jumat akhir tahun 2022, untuk menjelang tahun baru 2023. Materi khutbah Jumat dengan tema Introspeksi Diri di Akhir Tahun. /Pexels.com/Talal Hakim

Berikutnya, jika kita ingin meraih taubat nasuha, kita harus bertekad untuk tidak mengulangi dosa yang sama di masa yang akan datang, begitu juga dosa-dosa yang lain.

Para ulama menegaskan, selain bertekad tidak mengulangi, kita berusaha mengganti atau menebus kesalahan yang telah lalu. Contohnya, jika kita pernah meninggalkan kewajiban, maka gantilah. Jika ada shalat atau puasa yang pernah ditinggal, maka gantilah dengan qadha.

Jangan karena kita merasa sudah bertaubat, kesalahan yang lalu dianggap sudah selesai. Jika kita dulu tidak mengeluarkan zakat, maka keluarkanlah sekarang. Jika sebelumnya tidak pernah shalat dan puasa, maka setelah taubat kewajiban itu ditunaikan.

Hadirin sekalian, taubat seorang muslim berbeda dengan seorang non muslim yang masuk Islam. Bagi seorang muslim, kewajiban-kewajibannya yang telah lalu menurut pendapat yang rajih, tetap harus diganti, sementara non muslim ketika masuk Islam, maka kewajiban yang telah lalu, tidak perlu diganti atau diqadha.

Selanjutnya, syarat taubat nasuha adalah dilakukan pada waktunya. Ini artinya, taubat pun ada waktunya. Lewat dari waktu itu, kita tidak akan diterima. Waktu taubat tersebut ada yang bersifat umum, dan ada yang bersifat khusus. Yang bersifat umum adalah selama matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat. Maka, bertaubat setelah matahari terbit dari barat maka taubat tidak ada artinya. Sebab itu tanda berakhirnya zaman dan tanda runtuhnya alam. Sebagaimana firman Allah, yang artinya:

Kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi keimanan seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa keimanannya, (QS. al-An‘am [6]: 158).

Sementara waktu khusus adalah saat ajal menjelang alias sakaratul maut. Karena itu, manakala ajal datang, maka tidak ada artinya taubat yang kita lakukan, berdasarkan firman Allah dalam surah an-Nisa’, Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) apabila ajal datang kepada seseorang di antara mereka, (QS. an-Nisa’ [4]: 18).

Hadirin sekalian,

Namun syarat-syarat di atas merupakan syarat taubat yang dosanya berkaitan langsung dengan hak Allah. Sementara, jika dosanya menyangkut hak sesama manusia maka kita harus terlebih dahulu memohon maaf kepada yang bersangkutan atau kepada orang yang pernah kita zalimi, sebelum memohon ampunan kepada Allah.

Jika ada yang pernah kita rampas, maka segeralah kembalikan. Bagaimana jika yang bersangkutan sudah tiada dan sulit ditemui, maka banyak-banyaklah memohon ampunan untuknya. Agar amal ibadah kita kelak tidak diambil oleh yang yang bersangkutan, sebagai penebus kesalahan kita.

Halaman:

Editor: Aziz Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah