Hal ini sebagaimana Allah Swt terangkan di dalam Al-Quran:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS Al-Baqarah ayat 256).
Dalam firman Allah Swt sebagaimana disebutkan barusan, kita tentu bisa memetik hikmah dan pelajaran tentang kemanusiaan.
Ketahuilah, para jamaah sidang Jumat rahimahullah.
Bahwa sesungguhnya Allah Swt tidak pernah memaksakan kebenaran kepada insan, atau manusia, melainkan menunjukkan dan membiarkan manusia itu memilih jalan hidupnya.
Keimanan sesungguhnya tidak datang dari sekadar membaca syahadat, tetapi merupakan hidayah yang akan membuat jati diri seseorang menjadi baik seluruhnya.
Tidak adanya paksaan dalam ajaran Islam menyiratkan bahwa Allah Swt sangatlah mencintai cara-cara baik dalam menyebarkan kebaikan.
Dalam beberapa firman, Allah Swt selalu memerintahkan hamba-Nya untuk selalu berpikir dengan akal pikiran yang sehat.