Setelah memerintahkan bertakwa, Allah subhanahu wata'ala memerintahkan orang-orang beriman untuk melakukan introspeksi terhadap diri mereka. Al-Quran menegaskan sebagai berikut:
اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ
“Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)”
Jika kita cermati, terdapat tiga keterangan waktu pada ayat di atas, sebagai bentuk introspeksi terhadap diri. Ketiga keterangan waktu tersebut adalah :
• Waktu sekarang, yaitu (وَلْتَنْظُرْ). Kita diperintahkan untuk memperhatikan dan meneliti kondisi saat ini. Setiap mukmin menyadari bahwa kesempatan adalah karunia terbesar yang harus disyukuri dengan berbuat yang terbaik agar dapat membangun jejak-jejak kehidupan dan menjadi warisan terbaik dihadapan Allah SWT,
• Waktu yang telah lalu, yaitu (قَدَّمَتْ). Pengertian ini merujuk pada segala hal yang telah diperbuat pada masa lalu sebagai nasehat dan pelajaran terbaik
• Masa depan, yaitu (لِغَدٍۚ). Semua itu dilakukan agar kita tidak mengulangi kesalahan. Selain itu, proses introspeksi dilakukan agar kita dapat melakukan hal-hal yang lebih baik pada masa yang akan datang, guna menghadirkan kebaikan dan kemanfaatan bagi umat manusia.
Jika dirangkai menjadi satu, maka muhasabah diri adalah memperhatikan dan meneliti segala sesuatu yang telah dilakukan pada masa lalu dan masa kini untuk kebaikan di masa depan.
Itulah maksud dari surat al-Hasyr ayat 18 tersebut. Perbuatan yang bisa menghubungkan masa lalu dengan masa depan yang lebih baik adalah introspeksi diri. Dalam istilah bahasa Arab disebut juga dengan “muhasabah diri.”