Contoh Teks Khutbah Jumat NU Terbaru di Bulan Muharram: Memaknai Hakikat Hijrah dalam Kehidupan Beserta Doa

- 4 Agustus 2022, 12:36 WIB
 Ilustrasi khutbah Jumat,  teks khutbah Jumat bulan Muharram, teks khutbah Jumat singkat, khutbah Jumat terbaru, teks khutbah Jumat NU.
Ilustrasi khutbah Jumat, teks khutbah Jumat bulan Muharram, teks khutbah Jumat singkat, khutbah Jumat terbaru, teks khutbah Jumat NU. /Pixabay/@Konevi

BERITA DIY - Berikut contoh teks khutbah Jumat NU terbaru di bulan Muharram tentang memaknai hakikat hijrah dalam kehidupan, lengkap dengan doa khutbah.

Sebagai umat muslim, dipertemukan dengan bulan Muharram adalah sebuah kurnia yang besar dari Allah SWT.

Bulan Muharram adalah satu di antara bulan-bulan yang mulia (al-asyhur al-hurum), yang diharamkan berperang di bulan ini. Ia dipandang bulan yang utama setelah bulan Ramadhan.

Selain itu, di bulan Muharram juga terdapat banyak keutamaan ibadah yang bisa dilakukan sebagai momentum melaksanakan hijrah dalam kehidupan.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat NU Singkat Tentang Amal Kebaikan Bulan Muharram dan Keutamaan Hari Asyura Menyentuh Hati

Untuk itu, Teks khutbah Jumat di bulan Muharram kali ini akan mengangkat tema Memaknai Hakikat Hijrah dalam Kehidupan.

Berikut contoh teks khutbah Jumat NU terbaru di bulan Muharram dikutip dari jatim.nu.or.id:

Khutbah I    

اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارْ

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ الْمَلِكُ الْغَفَّارْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ.

أَمَّا بَعْدُ   فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ     إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أُولَٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِۚ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terbaru Muhammadiyah Menyentuh Hati Lengkap Dengan Doa: Ciri-Ciri Orang Bertakwa

Pada kesempatan ini sebagaimana yang terus diingatkan para khatib yakni kita harus meningkatkan taqwallah. Caranya dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Semoga rasa dan kualitas takwa kita akan semakin baik, amin ya rabbal alamin.

Hadirin yang Dirahmati Allah

Bulan Muharram adalah satu di antara bulan yang mulia atau al-asyhur al-hurum, yang mana dulu diharamkan berperang di bulan ini. Ia dipandang bulan yang utama setelah bulan Ramadhan. Oleh karenanya, kita disunnahkan berpuasa terutama pada hari Asyura, yakni menurut pendapat mayoritas ulama, tanggal 10 Muharram. Di antara fadilah bulan Muharram, adalah ia dipilih oleh Allah Subhanahu Wa Taala sebagai momen pengampunan umat Islam dari dosa dan kesalahan.

Keistimewaan bulan Muharram ini lebih lanjut karena dipilih sebagai awal tahun dalam kalender Islam. Untuk itu, marilah kita bersama mengulas kembali sejarah tahun baru Hijriah, yakni sejarah penanggalan atau penetapan kalender Islam, yang diawali dengan 1 Muharram.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H: Gelorakan Semangat Hijrah

Jamaah yang Berbahagia

Mengapa para sahabat memilih bulan Muharram sebagai awal penanggalan Islam?  Dalam kitab Shahih al-Bukhari, pada kitab Manâqib al-Anshâr atau biografi orang-orang Anshar pada bab Sejarah Memulai Penanggalan, disebutkan:

    عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مَا عَدُّوْا مِنْ مَبْعَثِ النَّبِيِّ ﷺ وَلَا مِنْ وَفَاتِهِ مَا عَدُّوْا إِلَّا مِنْ مَقْدَمِهِ الْمَدِينَةَ

Artinya: Dari Sahl bin Sa’d ia berkata: Mereka (para sahabat) tidak menghitung (menjadikan penanggalan) mulai dari masa terutusnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan tidak pula dari waktu wafatnya beliau, mereka menghitungnya mulai dari masa sampainya Nabi di Madinah.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat NU Singkat Tentang Amal Kebaikan Bulan Muharram dan Keutamaan Hari Asyura Menyentuh Hati

Hal itu dilakukan meskipun tidak diketahui bulan kehadirannya itu, karena sejarah itu sebenarnya merupakan awal tahun. Sebagian sahabat berkata pada Umar: Mulailah penanggalan itu dengan masa kenabian. Sebagian berkata: Mulailah penanggalan itu dengan waktu hijrahnya Nabi. Umar berkata: Hijrah itu memisahkan antara yang hak (kebenaran) dan yang batil, oleh karena itu jadikanlah hijrah itu untuk menandai kalender awal tahun Hijriah.

Ma’âsyiral Muslimîn Hafidhakumullâh

Setelah para sahabat sepakat mengenai peristiwa hijrah dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, ada sebagian sahabat yang berpendapat bahwa untuk awal bulan Hijriyah itu: Mulailah dengan bulan Ramadhan. Tetapi Umar Radliyallahu Aanh berpendapat: Mulailah dengan Muharram itu karena Muharram merupakan masa selesainya umat Islam dari menunaikan hajinya. Lalu disepakatilah tahun baru hijriah itu dimulai dengan bulan Muharram.  

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terbaru Muhammadiyah Menyentuh Hati Lengkap Dengan Doa: Ciri-Ciri Orang Bertakwa


Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bârî Syarah Kitab Shahîh al-Bukhârî mengatakan bahwa sebagian sahabat menghendaki awal tahun baru Islam itu dimulai dengan hijrahnya Nabi, itu sudah tepat. Ia melanjutkan, ada empat hal atau pendapat yang mungkin dapat dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, yaitu masa kelahiran Nabi (maulid al-Nabi), masa diutusnya Nabi, masa hijrahnya Nabi, dan masa wafatnya Nabi. Tetapi pendapat yang diunggulkan adalah menjadikan awal tahun baru itu dimulai dengan hijrah karena masa maulid dan masa kenabian itu keduanya tidaklah terlepas dari kontradiksi atau pertentangan pendapat dalam menentukan tahun. Adapun waktu wafatnya beliau itu, banyak tidak dikehendaki oleh para sahabat untuk dijadikan sebagai awal tahun, karena mengingat masa wafatnya Nabi justru menjadikan kesedihan bagi umat.

Jadi kemudian pendapat dan pilihan itu jatuh pada peristiwa hijrah. Kemudian mengenai tidak dipilihnya bulan Rabiul Awal sebagai awal tahun tetapi justru dipilih bulan Muharram sebagai awal tahun karena awal komitmen berhijrah itu ada pada bulan Muharram, sehingga cocoklah hilal atau awal bulan Muharram itu dijadikan sebagai awal tahun baru Islam.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Singkat tentang Pentingnya Ilmu dan Al-Qur'an dalam Kehidupan

Ma’âsyiral Muslimîn yang Dirahmati Allah

Menurut satu pendapat, ada banyak hikmah dipilihnya peristiwa hijrah sebagai penanda Kalender Islam, tahun baru Hijriah. Di antaranya adalah dengan peristiwa hijrah itu, umat Islam mengalami pergeseran dan peralihan status dari umat yang lemah kepada umat yang kuat. Maupun dari perceraiberaian atau perpecahan kepada kesatuan negara; dari siksaan yang dihadapi mereka dalam mempertahankan agama kepada dakwah dengan hikmah dan penyebaran agama. Termasuk dari ketakutan disertai dengan kesukaran kepada kekuatan dan pertolongan yang menenteramkan, atau dari kesamaran kepada keterang-benderangan.

Di samping itu, dengan adanya hijrah itu terjadi peristiwa sungguh penting antara lain, perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perjanjian Hudaibiyah (Shulh al-Hudaibiyah), dan setelah 8 (delapan) tahun Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam hijrah di Madinah, beliau kembali ke Makkah al-Mukarramah dengan membawa kemenangan yang dikenal dengan Fath Makkah. Itulah peristiwa-peristiwa yang penting kita ingat. Oleh karena itulah, Al-Qur’an menjadikan hijrah itu sebagai sebuah pertolongan. Al-Quran mengingatkan kita sebagai berikut:

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H Tentang Spirit Hijrah Semangat Perubahan

   إِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُوْلُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَاۖ فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلَٰىۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ  

Artinya: Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya: Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa Mahabijaksana. (QS. Al-Taubah 9: 40).  

Allah pun telah memuji orang-orang yang berhijrah, dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam setelah hari kemenangan Fath Makkah bersabda:

    لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا (مُتَّفّقٌ عَلَيْه). وَمَعْنَاهُ:لاَ هِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّهَا صَارَتْ دَارَ إِسْلاَمٍ

Artinya: Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Makkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah. (Muttafaq ‘alaih dari jalur ‘Aisyah radliyallahu ‘anha) Maknanya: Tidak ada hijrah dari Makkah karena dia telah menjadi negeri Islam.

Halaman:

Editor: Iman Fakhrudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x