Teks Khutbah Jumat Terbaru di Bulan Dzulhijjah 2022: Menangkap Pesan Rasulullah di Bulan Haji

- 7 Juli 2022, 09:27 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat,  teks khutbah Jumat di bulan Dzulhijjah terbaru 2022, doa khutbah Jumat,  pesan Rasulullah di bulan haji.
Ilustrasi khutbah Jumat, teks khutbah Jumat di bulan Dzulhijjah terbaru 2022, doa khutbah Jumat, pesan Rasulullah di bulan haji. /Pixabay/@Konevi

Pertama, seorang pemimpin umat Islam harus berkomunikasi dan selalu membimbing umatnya. Salah satu cara komunikasi itu yakni dengan mengingatkan betapa pentingnya hari dan bulan yang mulia dan diharamkan oleh Allah. Memperingati hari dan bulan haram adalah dengan melaksanakan sunnah Rasulullah: Berpuasa, bertaqarrub dan beramal sosial secara istiqomah. Dan di bulan haram, tidak diperbolehkan perang (beradu fisik dan menebar fitnah)

Kedua, di dalam sebuah kemuliaan ada tempat hidup yang selalu digunakan untuk beribadah, Nabi menyebutnya dengan kata balad. Kata balad dalam Kamus Al Munawwir karya KH Ahmad Warson Munawwir yang telah dikoreksi KH Ali Ma’shum dan KH Zainal Abidin Munawwir bermakna: daerah, negeri, desa, kampung, tanah air.

Jika Nabi Muhammad SAW menyebut kata balad dalam khutbah Idul Adha, maka perlu kita ambil hikmah bahwa betapa cintanya Nabi Muhammad kepada Tanah Airnya sesuai dengan firman Allah:

Baca Juga: Khutbah Jumat Menyentuh Hati, Terbaru Disertai Doanya untuk Bulan Dzulhijjah Tentang Manusia Mahluk yang Mulia

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍ ۚ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Artinya: Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali (Makkah). Katakanlah: Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata. (QS. Al Qashah: 85)

Dan ketiga, betapa pentingnya menjadikan Islam sebagai agama yang mendorong lahirnya perdamaian, bukan agama kekerasan penuh peperangan. Sejarah perintah berkurban kepada Nabi Ibrahim yang diminta menyembelih putranya (Nabi Ismail) dan kemudian diganti domba adalah sebuah bukti bahwa Islam sangat melindungi hak asasi manusia dan cinta perdamaian. Al Qur’an mencatat sejarah ini sebagai bentuk penyempurnaan manusia berbakti pada Allah surat As Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

Maasyiral Muslimin Hafidhakumullah

Halaman:

Editor: Muhammad Suria


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x