Cerita Malin Kundang si Anak Durhaka, Legenda Patung Batu Karang di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat

- 20 Februari 2021, 16:05 WIB
Foto Jam Gadang sebagai ikon Kota Padang, Sumatera Barat.
Foto Jam Gadang sebagai ikon Kota Padang, Sumatera Barat. /Pixabay/arjeepers

BERITA DIY - Cerita rakyat merupakan cerita yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat Indonesia yang disebarkan secara lisan atau getuk tular dan menjadi suatu sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat Indonesia yang turun-temurun.

Cerita rakyat banyak jumlahnya dan biasanya diyakini oleh masyarakat tempat cerita rakyat itu berasal, sebagai contoh adalah cerita rakyat Malin Kundang dari Sumatera Barat.

Malin Kundang merupakan cerita rakyat legenda yang menjadi asal muasal dari kaba atau patung batu yang menampilkan wujud seseorang yang bersujud di Pantai Manis, Padang, Sumatera Barat.

Baca Juga: Jumpai Teten Masduki, Shopee Sebut Pedagang Lokal dan UMKM Mendominasi Platform hingga 97 Persen

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tempat Wisata di DKI Jakarta: Lengkap Alamat, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk

Baca Juga: Rendang: Hasil Pertemuan Budaya India dan Budaya Minangkabau Indonesia

Kisah Malin Kundang sangat populer di tanah minang tersebut khususnya dan dikenal masyarakat Indonesia pada umumnya.

Malin Kundang adalah seorang anak laki-laki tunggal yang miskin dan tinggal bersama ibunya, ayahnya telah lama meninggal sehingga hanya tinggal ibunya dan Malin Kundang seorang.

Saat tumbuh remaja, Malin Kundang meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau memperbaiki nasibnya dan ibunya yang miskin, meski berat hati ibunya mengizinkan Malin Kundang dan memberi ridha agar Malin Kundang dapat sukses dan kembali dengan selamat.

Berangkatlah Malin dengan sebuah kapal pengangkut menuju pulau yang lebih maju, namun dipertengahan jalan kapal yang dinaiki Malin dibajak oleh pembajak laut hingga semua barang berharga dari kapal dirampas dan banyak orang yang tewas.

Karena bersembunyi, Malin Kundang selamat dan terkatung-katung di laut berhari-hari hingga angin membawa Malin Kundang mendarat di sebuah pulau lain.

Baca Juga: Curug Pulosari, Tempat Wisata Air Terjun Jogja yang Eksotik dan Asri di Pajangan, Bantul

Kerja keras dan semangatnya untuk menyambung hidup membuat Malin menjadi saudagar kaya yang sukses dan memiliki bnayak kapal. Malin kemudian menikah dengan seorang wanita dari keluarga kaya hingga bertambahlah kekayaan Malin.

Bertahun-tahun kemudian, Malin Kundang berlayar bersama istrinya hingga singgah di pulau tempat kelahirannya. Saat itu pula Malin bertemu dengan ibu kandungnya yang telah lama ditinggalkannya.

Ibunya yang mengatahui kedatangan anaknya yang telah sukses, bergembira ikut menyambut Malin dan berusaha mendekatinya. Namun, Malin lupa diri dan tidak mau mengakui ibu kandungnya karena penampilan ibunya yang lusuh dan miskin membuatnya malu.

Karena tidak mengakuinya sebagai ibu, Ibu Malin Kundang akhirnya memberikan sumpah “Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.

Baca Juga: Terkait Lockdown Akhir Pekan DKI Jakarta, Wakil Gubernur Katakan Belum Bisa Diterapkan! Ini Sebabnya

Saat kemudian Malin Kundang meninggalkan tanah kelahirannya, belum lama dari layar kapal dikibarkan, badai besar maha dasyat datang dan menghancurkan kapal Malin Kundang dan terbawa angin ke tepi pantai di pulau kelahirannya.

Malin Kundang benar dikutuk menjadi batu di pinggiran pantai, yang pantai itu kini dikenal dengan Pantai Air Manis di wilayah selatan dari Padang, Sumatera Barat.

Meski hanya sebuah cerita rakyat yang ditularkan secara turun temurun, namun tidak sedikit yang meyakini bahwa cerita Malin Kundang adalah kisah nyata yang terjadi di masa lampau.***

Editor: Muhammad Suria


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah