Airlangga Hartarto Disarankan Sering Blusukan ke Rakyat untuk Meningkatkan Elektabilitas dan Popularitas

22 Agustus 2022, 19:00 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto disarankan untuk lebih sering menemui rakyat atau blusukan untuk meningkatkan elektabilitasnya. /Instagram.com/@airlanggahartarto_official

BERITA DIY - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto disarankan untuk lebih sering menemui rakyat atau blusukan untuk meningkatkan elektabilitasnya sebagai calon presiden (capres)di Pemilu  2024.

Sebagaimana diketahui, Airlangga Hartarti merupakan salah satu tokoh kuat yang dugadang-gadang menjadi Capres 2024 dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

KIB sendiri merupakan gabungan dari kesepakatan Partai Golkar, PAN, dan PPP yang siap untuk bertarung di Pilpres 2024.

Sayangnya, langkah Airlangga untuk menjadi Capres 2024 mendapatkan sejumlah tantangan. Salah satunya elektabilitas dan popularitas yang belum maksimal.

“Jika kita bicara Airlangga, sebagai Ketua Umum tentu punya basis pemilih partai yang cukup besar. Dari pemilu sebelumnya kan sekitar 12%, namun demikian, hal itu belum cukup untuk menjamin elektabilitas Pak Airlangga menjadi kompetitif,” kata Direktur Riset SMRC Deni Irvani hari ini (22/8).

Baca Juga: Koalisi Indonesia Bersatu Buka Peluang jika Demokrat Ingin Bergabung, Demi Kepentingan Bangsa

Dalam survei yang digelar oleh SMRC, elektabilitas Airlangga disebut masih belum bersaing dengan kandidat lain. Padahal posisi Airlangga sangat strategis sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan juga Menko Perekonomian.

Tren positif Airlangga yakni pada aspek kedikenalan yang mengalami peningkatan, dari 26% (Maret 2021) menjadi 38% (Agustus 2022). Dari yang tahu, hanya 61% yang suka. Kedisukaan Airlangga ini meningkat dari 48 persen pada Maret 2022.

Dengan aspek keterkenalan tokoh, Airlangga dalam hal ini, disebutkan masih dibawah 50% mesti didongkrak dengan komunikasi politik yang lebih intensif.

“Soal komunikasi politik, sosialisasi, disimpulkan belum efektif untuk menaikan elektabilitas. Awareness masih dibawah 50%. Nah apa yang harus dilakukan, sangat bervariasi, mulai dari penggunaan medsos harus dievaluasi dan strategi komunikasi,” terang Deni.

Baca Juga: Koalisi Partai Politik Jelang Pemilu 2024 Diharapkan Bawa Manfaat untuk Rakyat

Masa pemilih ‘jaman now’ begitu bervariasi, dapat dijangkau dari berbagai outlet mulai dari media massa populer maupun media sosial. Para elit politik bersaing dalam memperebutkan perhatian masyarakat. Tidak ketinggalan mereka-mereka yang mengincar kursi Presiden pada Pemilu 2024.

Partai Golkar berada dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama dengan PPP dan PAN. Partai Golkar sendiri sepakat memajukan Airlangga sebagai Capres dari mereka. Namun sampai saat ini belum ada pernyataan resmi tentang Capres dan Cawapres dari KIB.

Banyak yang menyarankan, ditengah rendahnya elektabilitas sejumlah elit parpol, mereka bisa menggandeng sosok yang lebih tinggi elektabilitasnya namun tidak memiliki jabatan di partai.

Baca Juga: PATEN Milik Koalisi Indonesia Bersatu Harus Diturunkan Jadi Program yang Bermanfaat untuk Rakyat

Persepsi Negatif Parpol

Sementara itu, Pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Suko Widodo menilai rendahnya elektabilitas dan popularitas ketua parpol lebih disebabkan oleh faktor kekurang-dekatan ketua parpol dengan rakyat. Hal itu berdampak pada kesan elitis dari masyarakat pada para ketua parpol.

"Sejauh ini, ketua parpol berlaku elitis dan kurang merakyat," tambahnya.

Parpol juga dinilai belum berhasil mengubah persepsi negatif publik pada politik menjadi persepsi positif. Dalam pandangan Suko, pimpinan partai politik juga belum mampu membangun komunikasi politik yang apik dengan masyarakat.

"Selama ini komunikasi politik ketua parpol dengan rakyat kurang intensif," tandasnya.

Menurutnya, popularitas dan elektabilitas personal dari ketua partai politik (parpol) tidak begitu penting ketika yang bersangkutan tidak hendak maju dalam kontestasi Pilpres 2024.

Baca Juga: Partai Solidaritas Indonesia Berpotensi Gabung Koalisi Indonesia Bersatu Bersama Golkar, PAN, dan PPP

"Bagi ketua parpol yang tidak maju pilpres, elektabilitas tidak penting. Yang penting justru popularitas dan elektabilitas parpol," ujarnya.

Menurut Suko, rendahnya elektabilitas dan popularitas ketua parpol banyak disebabkan oleh persepsi negatif publik terkait politik.

"Rendahnya popularitas dan elektabilitas ketua parpol disebabkan persepsi negatif terhadap politik," tambahnya.(***)

Editor: Iman Fakhrudin

Tags

Terkini

Terpopuler