Mengenal GeNose, Pendeteksi Covid-19 Buatan UGM yang Telah Mendapatkan Izin Edar Pemerintah

27 Desember 2020, 17:51 WIB
GeNose Alat Pendeteksi Covid-19 Buatan UGM yang menggunakan hembusan nafas sebagai sampel tes. /Dokumentasi ugm.ac.id

BERITA DIY-Dilansir dari website resmi UGM, Prof.Kuwat Triyana, ketua tim pengembang GeNose menyatakan bahwa izin edar GeNose telah diberikan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Kamis, 24 Desember 2020 lalu.

Alat yang kemudian diberi nama GeNose C19 ini memiliki izin edar dengan nomor KEMENKES RI AKD 20401022883.

Prof. Kuwat Triyana juga menyatakan, setelah izin edar, maka penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal akan didistribusikan.

Baca Juga: Ramalan ZODIAK Besok 28 Desember 2020: GEMINI Dapat Liburan Gratis, PISCES Mulai Hubungan Baru

“Dengan 100 unit batch pertama yang akan dilepas, kami berharap dapat melakukan 120 tes per alat atau atau totalnya 12 ribu orang sehari. Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit termasuk pengambilan nafas sehingga satu jam dapat mentes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,”terang Prof. Kuwat Triyana seperti dikutip dari website resmi UGM pada Sabtu, 26 Desember 2020 lalu.

Produksi massal batch pertama ini mendapat pendanaan dari BIN dan Kemenristek/BRIN, dimana Kemenristek/BRIN sendiri telah menerima serah terima alat deteksi Covid-19 tersebut pada 24 September 2020 lalu.

Baca Juga: Penyebab NIK KTP Tak Terdaftar di eform.bri.co.id/bpum, Ini Syarat Agar Dapat BLT UMKM Rp2,4 Juta

GeNoSe sendiri merupakan alat pendeteksi Covid-19 hasil dari para ahli UGM yang mampu mendeteksi virus Corona baru dalam tubuh manusia dalam waktu cepat.

GeNose dapat mendeteksi adanya Covid-19 dalam waktu kurang dari 2 menit saja, dan hasil tes sudah dapat diketahui apakah poitif atau negative Covid-19.

Kuwat berharap, GeNose dapat melakukan tes pada 120 ribu orang dalam waktu sehari bila ada 1000 unit, hal tersebut terhitung apabila ada 10 ribu unit (sesuai target di akhir Februari 2021) maka per hari dapat menunjukkan jumlah tes sebanyak 1,2 juta orang per hari.

Baca Juga: Penyebab NIK KTP Tak Terdaftar di eform.bri.co.id/bpum, Ini Syarat Agar Dapat BLT UMKM Rp2,4 Juta

Tim pengembang GeNose juga telah menggandeng sejumlah industry konsorsium untuk mendukung langkah ini, yaitu PT. Yogya Presisi Tehnikatama Industri (bagian mekanik), PT. Hikari Solusindo Sukses (elektronik dan sensor), PT. Stechoq Robotika Indonesia (pneumatic), PT. Nanosense Instrument Indonesia (artificial intelligence, elektronik dan after sales), dan PT. Swayasa Prakarsa (assembly, perijinan, standar, QC/QA, bisnis).

Terkait biaya, Prof. Kuwat menjelaskan akan lebih murah dari tes PCR, yaitu sekitar Rp15 ribu hingga Rp25 ribu saja.

Tak hanya itu, pengambilan sampel tes berupa embusan nafas ini juga akan lebih nyaman dibanding tes usap atau swab.

Baca Juga: Selain Budi Gunadi Sadikin, 7 Negara Ini Juga Memiliki Menkes Bukan Dari Kalangan Medis

Cara Kerja

Terkait cara kerja, Dian Kseumapramudya, salah satu anggota Tim Pengembang GeNose mengungkapkan, bahwa alat ini mengidentifikasi adanya Corona dengan cara Volatile Organic Compound (VOC).

Nantinya, orang-orang diminta menghembuskan napas ke tabung khusus, kemudian sensor-sensor dalam tabung akan bekerja mendeteksi VOC, dan data akan diperoleh dan diolah dengan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil.

Hasil yang dikeluarkan GeNose yaitu kurang dari 2 menit.

Baca Juga: KALEIDOSKOP 2020 : 5 Lirik Lagu Viral dan Paling Dicari Warganet, Ada Dynamite dan Psycho

Alat ini telah melalui uji profiling menggunakan sebanyak 600 sampel data valid di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro, Yogyakarta, dan telah mencapai keakuratan mencapai 97 persen.

Di balik canggihnya GeNose C19 yang telah mendapat izin edar Kemenkes, berikut beberapa nama innovator yang telah menyumbangkan pemikiran mereka, tim ahli lintas bidang ilmu di UGM, yaitu: Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si (FMIPA); dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, Sp.A, M.Sc., Ph.D. (FKKMK); Dr. Ahmad Kusumaatmaja (FMIPA); dr. Mohamad Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D (FKKMK) dan para mitra industri strategik yang berkomitmen dalam penghiliran hasil riset dan inovasi kampus.***

Editor: Mufit Apriliani

Sumber: ugm.ac.id

Tags

Terkini

Terpopuler