Selama menjalani ritual ini, para peserta diharapkan untuk menjaga keheningan dan mengikuti tapa bisu. Ritual Mubeng Beteng biasanya dilakukan pada malam Satu Suro hingga dini hari 1 Suro.
Abdi dalem dan warga yang mengikuti ritual ini berjalan kaki sejauh sekitar lima kilometer mengelilingi benteng Keraton Yogyakarta. Makna di balik Mubeng Beteng adalah upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta membersihkan dan mengendalikan diri dari nafsu-nafsu duniawi.
Baca Juga: Kapan Malam 1 Suro, Malam 1 Muharram 2023 Jatuh Tanggal Berapa? Ini Arti Malam Satu Suro Bagi Islam
Dalam pelaksanaannya, ritual Mubeng Beteng memiliki nilai spiritual yang mendalam. Para peserta menganggapnya sebagai kesempatan untuk berkontemplasi dan berintrospeksi dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam suasana malam yang tenang, peserta berjalan melintasi setiap sudut benteng Keraton Yogyakarta. Mereka berjalan dengan khidmat dan penuh kesadaran, mengamati setiap detail lingkungan sekitar dan menyelami makna filosofis dari setiap langkah yang diambil.
Mubeng Beteng juga memiliki nilai historis yang kuat, karena melibatkan perjalanan mengelilingi benteng yang menjadi simbol kekuatan dan keberanian Keraton Yogyakarta. Selama berjalan, peserta merenungkan sejarah dan kebesaran kerajaan yang pernah ada.
Selain itu, ritual ini juga dianggap sebagai momen penyucian diri. Melalui perjalanan ini, peserta berusaha membersihkan pikiran, hati, dan jiwa dari segala beban dan kegelisahan yang mungkin mereka bawa. Mubeng Beteng menjadi waktu yang tepat untuk mengendalikan dan mengarahkan diri ke jalan spiritual yang lebih baik.
2. Jamasan Pusaka
Ritual malam 1 Suro lain adalah jamasan pusaka yang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta, Pura Mangkunegaran, dan Pura Pakualaman.
Istilah jamasan pusaka adalah pencucian benda-benda yang punya nilai sejarah atau dianggap kuno dan bernilai etis, estetis, maupun mistis.