Contoh Teks Khutbah Minggu Kantate, 7 Mei 2023: Bernyanyilah Nyanyian Baru Bagi Tuhan

- 6 Mei 2023, 12:45 WIB
Ilustrasi. Contoh teks khutbah Minggu Kantate dirayakan besok Minggu, 7 Mei 2023 tentang Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan hai seluruh bumi.
Ilustrasi. Contoh teks khutbah Minggu Kantate dirayakan besok Minggu, 7 Mei 2023 tentang Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan hai seluruh bumi. /PIXABAY/stempow

BERITA DIY - Simak contoh teks khutbah Minggu Kantata, Bernyanyilah Nyanyian Baru Bagi Tuhan yang akan dirayakan umat Kristen.

Pada hari Minggu, 7 Mei 2023 besok, umat Kristen akan merayakan ibadat Minggu Kantate. Minggu Kantate berarti Nyanyikanlah naynyian baru bagi Tuhan.

Sabda, renungan dan teks khutbah yang akan disampaikan pada hari Minggu, 7 Mei 2023 besok berkaitan dengan bagaimana kita sebagai umat Allah mampu memuji dan memuliakan nama Tuhan senantiasa.

 

Berikut teks khutbah Minggu Kantate Bernyanyilah Nyanyian Baru Bagi Tuhan, dikutip dari laman Gereja Kristen Protestan Indonesia, gkpisinode.org, selengkapnya.

Baca Juga: RHK 28 April 2023: Renungan Harian Keluarga Tentang Pertobatan dan Pengutusan, Ini Refleksi Singkat Hari Ini

Nas: I Tawarikh 16:23-28 Bernyanyilah Bagi Tuhan Hai Segenap Bumi

Nyanyian adalah salah satu anugerah dari Tuhan dalam hidup orang Kristen, karena nyanyian dapat menenangkan hati kita yang sedang gundah (galau kata orang muda saat ini), nyanyian dapat memotivasi kita untuk hidup bagi Kristus, dan melalui nyanyian kita dapat mengangkat hati dalam pujian kepada Tuhan.

 

Tanpa nyanyian , bagaikan makan nasi tanpa garam. Mungkin hampir untuk semua orang nyanyian sudah menjadi kebutuhan hidup, lebih tepatnya nyanyian menjadikan hidup lebih berwarna dengan alunan nada-nadanya. Mulai bernyanyi dengan tempo cepat sampai syahdu atau pelan. Semuanya terbalut indah dalam komposisi dan harmonisasi masing-masing nada.

Sebuah legenda Yahudi kuno mengisahkan bahwa setelah menciptakan dunia, Allah memanggil para malaikat dan menanyakan pendapat mereka. Salah satu malaikat itu berkata, “Hanya satu yang kurang, yaitu suara pujian bagi Sang Pencipta.” Maka Allah pun menciptakan musik, yang terdengar melalui desiran angin dan nyanyian burung.

Allah juga memberikan karunia pujian itu kepada manusia. Dan di sepanjang masa, musik telah memberkati begitu banyak orang. Nyanyian pujian kepada Allah berguna untuk memuliakan Tuhan, memperhalus akal budi manusia dalam Kristus, dan membawa sukacita bagi kita yang bernyanyi.

 

Baca Juga: RHK 27 April 2023, Renungan Harian Singkat Hari Ini Tentang Percaya Adalah Anugerah

Bahkan kalau kita baca kitab Wahyu, dalam penglihatan dan pendengaran Yohanes, ia menyaksikan bagaimana kegiatan di sorga yaitu Anak Domba Allah berdiri di depan pintu takhta-Nya dan ia mendengar suara seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya, mereka menyanyikan suatu nyanyian baru.

Umat Allah di sorga sedang beribadah, dan ternyata ibadah di sorga bukan ditandai oleh khotbah, melainkan oleh musik yang agung dan hikmat.

Di sepanjang Kitab Suci, umat Allah bahkan diperintahkan untuk mengangkat suara dan menyanyikan puji-pujian bagi-Nya. ”Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab perbuatan-Nya mulia” (Yes. 12:5). “Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada Tuhan” (Mzm. 40:4).

 

Nyanyian kita tidak hanya menguatkan diri kita sendiri, tetapi juga mereka yang mendengarnya. Nyanyian di ibadah bukanlah menyanyi sendiri, melainkan menyanyi bersama dengan para malaikat di sorga.

Baca Juga: RHK 26 April 2023, Renungan Injil Yohanes 6: 35-40 Tentang Tidak Ada yang Hilang

Dalam ibadah langit dan bumi bertemu. Dalam bernyanyi sorga dan dunia menyatu. Pengikut Anak Domba Allah di sorga dan di dunia bersama-sama menyanyi untuk Allah secara khusyuk dan hikmat, menyanyi untuk memuliakan Allah, memperhalus akal budi manusia dalam Kristus, dan membawa sukacita bagi kita yang bernyanyi.

Oleh karena itu, nyanyian atau lagu puji-pujian adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kekristenan atau gereja. Bahkan orang banyak menganggap, bahwa lagu atau nyanyian pujian itu sudah menjadi cap, label, atau ciri khas gereja atau orang-orang Kristen.

 

Dimana ada gereja bahkan orang-orang Kristen di situ ada nyanyian. Dimana banyak nyanyian pasti di sana ada orang-orang Kristen. Sehingga tidak heran, ditempat orang yang berduka (di rumah duka saat ada orang meninggal) orang Kristenpun bernyanyi.

Santo Agustinus pernah mengatakan, “Qui Bene Cantat Bis Orat” ( Siapa bernyanyi dengan baik sama dengan berdoa dua kali). Tentunya dengan perkataan ini kita akan semakin semangat untuk bernyanyi lebih baik lagi.

Baca Juga: RHK 25 April 2023, Renungan Harian Keluarga dan Refleksi Tentang Menjadi Saksi Kristus

Kitab I Tawarikh menceritakan kembali kisah mengenai Raja Daud, diceritakan dengan lebih memperlihatkan kekuatan dan kecakapan Daud daripada kelemahannya. Kepercayaan dan kesetiaan Daud kepada Allah ditampilkan sebagai teladan bagi para pemimpin Israel.

 

Setelah Allah memilih Daud dan keturunannya untuk memimpin Israel dan mendirikan Bait Allah. Daud digambarkan sebagai orang yang menjadikan negeri Israel aman sentosa. Daud menemukan tempat di mana Bait Allah harus didirikan, ia merencanakan pembangunan bait Allah dan mengatur peribadatan.

Kegagalan memindahkan Tabut Allah yang berakhir dengan tewasnya Uza (I Tawarikh 13:2-13) menyadarkan Raja Daud bahwa hidup ini harus dijalani dengan mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah, dimana tidak seorangpun diperbolehkan menyentuh tabut Allah (hanya orang Lewi yang diperbolehkan mengangkat tabut itu).

Mengingat bahwa memindahkan Tabut Allah harus dilakukan berdasarkan aturan-aturan hukum Taurat secara cermat dan bahwa pemindahan ini telah memakan korban jiwa, maka keberhasilan memindahkan Tabut Allah itu membangkitkan rasa syukur di hati Raja Daud, sehingga ia mengungkapkan rasa syukurnya dengan membentuk paduan suara pertama yang beranggotakan Asaf dan kelompoknya. Raja Daud meminta Asaf dan saudara-saudaranya untuk bernyanyi menyanyikan lagu pujian kepada Tuhan.

 

Baca Juga: RHK 19 April 2023, Refleksi dan Renungan Tentang Kasih Allah yang Luar Biasa

Perikop kotbah saat ini adalah bahagian dari nyanyian pujian Daud kepada Allah ketika membawa Tabut Perjajian ke Yerusalem. Umat mengakui bahwa Tuhan itu Raja atas segala bangsa dan segenap alam semesta. Karena itu, Daud mengajak semua umat dan segenap bumi untuk menyanyikan Pujian kepada Tuhan dan menceritakan kemuliaanNya (ayat 23-24).

Maka yang memotivasi Daud mengajak umat Israel menyanyikan pujian kepada Tuhan dan menceritakan perbuatan-Nya yang ajaib adalah : Pertama, Tuhan lebih dahsyat dari segala allah dan IA adalah yang menjadikan lagit (ayat 25-27) Tuhan bukan saja Pencipta langit dan bumi, tetapi ia adalah Penyelamat umatNya.

Daud memuji Allah karena ia melihat apa yang Allah kerjakan dalam kehidupan umatNya, menggenapi janjiNya. Ia memuji Allah sebagai Pencipta yang kemudian juga memutuskan untuk menyelamatkan umatNya.

 

Sebagai respon sukacita Daud maka Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan Allah, Daud juga membentuk paduan suara yang akan menyanyikan syukur dan puji-pujian yang diiringi dengan gambus, kecapi, ceracap dan meniup nafiri. Tuhan yang mereka puji adalah Pencipta dan Pemilik langit dan bumi. IA begitu berkuasa, tidak ada satu pun yang bisa menghalangi kuasaNya.

Baca Juga: RHK 17 April 2023, Renungan Harian Keluarga Tentang Kelahiran Baru, Menyentuh Hati

Kedua: Keagungan dan semarak ada dihadapanNya (ayat 27-28). Menyatakan bahwa Tuhan yang mereka sembah sangat agung, kekuatan dan sukacita ada ditempatNya. Jika kita mengaku bahwa Tuhan itu agung dan besar, maka kita harus menyanyikan syukur dan beribadah kepada-Nya. Kita bernyanyi, bermazmur, dan bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa , kepada-Nya kemuliaan dan kekuatan.

Sudah sepantasnya kita tidak boleh berdiam diri lagi karena telah menyaksikan karya Tuhan Allah yang Maha Agung. Tindakan dan perbuatan Tuhan yang besar itu menjadi bukti Dia berkuasa dan Maha Agung. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang dapat menandingi Dia.

 

Berita tentang kemuliaan Tuhan yang memberikan sukacita buat semua orang dapat diungkapkan melalui pujian kepada Tuhan. Selain dari hal tersebut diatas, dari pengalaman hidup seseorang mendorong untuk menyaksikan perbuatan Allah yang dahsyat yang dapat diungkapkan dari nyanyian dan gaya hidupnya, seperti yang diungkapkan dari teks khotbah 1 Taw 16 : 23-28 sebagai bentuk nyanyian pujian kepada Tuhan.

Ada banyak cara orang beriman bisa merasakan keagungan Tuhan. Salah satunya melalui keindahan alam. Alam yang indah dan teratur menunjukkan keagungan Sang Pencipta.

Baca Juga: RHK Minggu 16 April 2023, Renungan Kebangkitan Yesus Tentang Orang-Orang yang Berbahagia

Perbuatan Tuhan yang ajaib dan keagunganNya mendorong Daud bernyanyi memuji kebesaran Allah bahkan Daud mengajak umat Israel dan segenap bumi untuk bernyanyi bagi Tuhan. Demikian juga kita, tak terhitung banyaknya pertolongan dan kemurahan Allah atas kehidupan kita umat-Nya. Maka sudah sepantaskan kita bersyukur dan menyanyikan pujian kepada Tuhan.

 

Banyak cara kita untuk memuji Tuhan, namun yang paling penting diperhatikan adalah bahwa pujian haruslah benar-benar dipersiapkan, pujian tidak hanya sekedar melalui irama musik dan gerakan tarian, tetapi jauh lebih penting adalah jika seluruh hidup yang berarti mencakup hati, pikiran, roh dan seluruh perbuatan memuji Allah.

Oleh karena itu, selagi nafas dikandung badan, pujian harus terus mengalir untuk menyanyikan keagungan dan kebesaran Tuhan sebagai tanda rasa syukur dan terimakasih kita. Amin

--------------------

Demikian informasi contoh teks khutbah Minggu Kantate, 7 Mei 2023 tentang Bernyanyolah Bagi Tuhan Hai Segenap Bumi.***

Editor: Sani Charonni


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x