Setengah Abad ASDP: Membangun Ekonomi Baru Berkelanjutan Melalui Transformasi Pelabuhan Bakauheni

15 Juli 2023, 03:00 WIB
Pelabuhan yang dikelola ASDP Indonesia Ferry /Berita DIY/ MR Firmansyah

Langit biru membentang luas seakan tak bertepi, menyatu dengan lautan dengan warna senada, melahirkan komposisi pemandangan yang menawan. Terselip pulau-pulau kecil di hamparan lautan, menambah nilai estetika pada lukisan alam ini. Bunyi klakson kapal feri berderu riuh, menciptakan suara yang meriah bagi sekitarnya.

Namun ini bukan pemandangan biasa. Itu adalah sebuah lukisan memori, yang terukir kuat dalam benak orang-orang yang tinggal di sekitar Pelabuhan Bakauheni. Kenangan tersebut masih terasa sangat nyata, walau telah berlalu puluhan tahun yang lalu.

BERITA DIY, PIKIRAN-RAKYAT.COM - Menginjak kembali ke awal tahun 2000-an, warga sekitar masih bebas berkunjung ke area dermaga kapal feri. Pelabuhan Bakauheni tak hanya menjadi pintu gerbang Pulau Sumatera, tetapi juga menjadi destinasi favorit menikmati keindahan sore. Langit yang mulai memerah, matahari perlahan terbenam, dan suara ombak yang beradu dengan riuhnya pengunjung menciptakan suasana hangat.

Di antara mereka semua, tak ada yang bisa menangkap keindahan memori tersebut lebih baik daripada masyarakat setempat. Resti Fitriyani (29), warga Kelawi, Bakauheni, masih dengan jelas mengingat bagaimana Pelabuhan Bakauheni menjadi bagian yang tak terpisahkan dari cerita masa kecilnya.

Kala itu, menurut Resti, bibir dermaga Pelabuhan Bakauheni masih dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memancing. Di sekitarnya, pedagang kaki lima menjajakan berbagai macam jajanan, mulai dari kopi hangat hingga empek-empek.

Pelabuhan Bakauheni, yang hanya berjarak 4 kilometer dari rumahnya, hampir setiap hari menjadi tujuan bagi keluarganya untuk menikmati sore. Tak hanya mereka, banyak keluarga lain di daerah tersebut yang melakukan hal serupa.

Pelabuhan Bakauheni yang dikelola oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), tak hanya memberi dampak psikologis dalam bentuk memori berharga bagi masyarakat setempat, tetapi juga dampak ekonomi yang signifikan.

Baca Juga: Aturan Penyeberangan di Pelabuhan Merak saat Arus Mudik Lebaran 2023, Penyeberangan Sumatera-Jawa

Resti menceritakan, keluarganya yang tinggal di pinggir Jalan Lintas Sumatera membuka usaha bengkel kendaraan bermotor. Jalan lintas tersebut, yang pada masanya merupakan akses utama menuju ke Bandar Lampung, menghidupkan ekonomi masyarakat sekitar.

Tak cuma bengkel milik keluarga Resti saja yang merasakan dampak tersebut. Hampir seluruh pelaku usaha yang berada di sepanjang jalan arah pelabuhan, selalu ramai dikunjungi oleh pengendara yang sedang beristirahat.

Hal itu tidak mengherankan. Sebab Pelabuhan Merak - Bakauheni, tercatat sebagai penyeberangan tersibuk di Indonesia. Pelabuhan itu menyeberangkan sembako, bahan bakar, hingga manusia antar pulau.

"Makanya jarang warga Bakauheni yang merantau. Karena di sini saja sudah tercukupi," ucapnya, awal Juli 2023 ini.

Namun tak selang lama, keadaan berubah. Seiring dengan beroperasinya Jalan Lintas Timur Lampung pada tahun 2004, arus lalu lintas yang semula membanjiri Jalan Lintas Sumatera beranjak. Perlahan, warung-warung dan bengkel di sepanjang jalan tersebut merasakan penurunan jumlah pengunjung.

"Tidak langsung drastis. Tapi lama kelamaan terasa berkurangnya," ucap Ketua RT 02 Dusun Kelawi Bakauheni, Roni.

Aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni

Seolah belum cukup, menurutnya, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) mulai melakukan serangkaian transformasi. Salah satunya adalah mengubah kebijakan akses ke area dermaga untuk memastikan keamanan penumpang. Hal itu membuat ruang gerak jasa penyeberangan yang sebelumnya banyak dijalankan masyarakat setempat, makin sempit.

"Karena banyak dari masyarakat Bakauheni cari makan dari jasa penyeberangan. Ketika itu ekonomi masyarakat mulai banyak yang goyang, walaupun sebenarnya tidak mati," bebernya.

Hingga akhirnya pada 2019, Tol Bakauheni - Terbanggi Besar resmi beroperasi, banyak usaha di sekitar Jalur Lintas Sumatera tumbang. Jika melintasi jalan tersebut, pemandangan bekas rumah makan dan tempat usaha lainnya yang kini terbengkalai akan tersuguhkan.

Untuk menyambung hidup, banyak warga setempat yang merantau hingga banting setir profesi, tak terkecuali keluarga Resti. Ruang usaha yang semula untuk mendisplay spare part kendaraan dan alat perbengkelan, disulap menjadi warung bakso dan mi ayam.

"Ibu kemudian memilih untuk berjualan mi ayam dan bakso. Tidak sebanyak dulu tapi lumayan," kata Resti.

Kemudian saat pandemi melanda pada 2020, ekonomi warga Bakauheni kian terpuruk. Dengan ketatnya persyaratan penumpang kapal untuk menekan penyebaran COVID-19, jumlah penyeberang turun drastis. Resti bercerita, dalam sebulan, belum tentu ada pembeli di warung baksonya.

Beruntung, situasi tersebut tidak bertahan lama. Seiring dengan meredanya penyebaran COVID-19 di tahun 2021, perekonomian lokal mulai bangkit. Bukan lagi ditopang oleh penyeberangan, namun sektor pariwisata yang semakin berkembang di kawasan Bakauheni.

Pantai Minang Rua, salah satu pantai yang ada di Lampung Selatan. Instagram @pantaiminangrua_lampung

Pantai Minang Rua, salah satu pantai di Bakauheni, menjadi tempat yang ramai dikunjungi setelah pandemi mereda. Hal ini tak hanya disebabkan oleh penatnya masyarakat saat pembatasan aktivitas, tetapi juga perbaikan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh Pokdarwis setempat.

Ketua RT 02 Dusun Kelawi Bakauheni, Roni, menjelaskan bahwa Pantai Minang Rua tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal dari Lampung Selatan. Sebab tidak sedikit wisatawan asal Cilegon dan Jakarta yang datang berkunjung.

"Karena di Bakauheni ini yang terkenal ada Menara Siger, ikon Lampung. Nah daripada hanya kesana, mampir juga ke Pantai Minang Rua karena jaraknya yang tidak terlalu jauh," jelas Roni.

Menurut dia, adanya dermaga eksekutif Pelabuhan Merak - Bakauheni yang diresmikan pada tahun 2019, turut berpengaruh terhadap kunjungan turis. Menilik waktu tempuh yang dilipat menjadi 1-2 jam saja, berbeda dengan kapal reguler yang mencapai 3 hingga 4 jam.

Pengamat Pariwisata, Ahmad Haidar Rahmat menyampaikan, salah satu syarat terciptanya pariwisata yang berkelanjutan adalah ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai. Hal ini telah diwujudkan oleh PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) di Bakauheni.

Haidar berpendapat, dermaga eksekutif Pelabuhan Bakauheni yang memangkas waktu tempuh, dapat mendorong kunjungan lebih sering dan dalam jumlah yang lebih besar. Sebab perjalanan yang singkat dan nyaman cenderung mendorong wisatawan untuk berpergian lebih sering, yang berarti peningkatan jumlah pengunjung dan peningkatan perekonomian lokal.

"Karena bisa jadi mereka yang dari Pulau Jawa ini hanya libur di hari Minggu, sehingga waktunya terbatas. Sehingga walaupun hanya libur sehari, mereka bisa berlibur dengan menyeberang pulau," ucap akademisi yang kini menempuh S3 Pariwisata di Universitas Gadjah Mada itu.

Ilustrasi - Kapal wisata yang berlabuh di Dermaga Marina Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT ANTARA/Fransiska Mariana Nuka

Pengembangan Lini Bisnis untuk Merangsang Pertumbuhan Ekonomi

Di usianya yang menginjak ke 50 tahun, ASDP kini mulai menggarap sektor waterfront tourism sebagai strategi pengembangan dan ekspansi lini bisnis perseroan. Hal itu diungkapkan Direktur Utama ASDP, Ira Puspadewi pada kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho.

"Ada lokasi pelabuhan yang kita pandang 'ini terlalu seksi untuk hanya menjadi pelabuhan'," kata Ira.

Adapun pengembangan Pelabuhan Bakauheni, tidak hanya sebatas dermaga eksekutif, melainkan juga pembangunan Bakauheni Harbour City yang terletak dalam kompleks Menara Siger. Dalam kawasan itu, terdapat puluhan wahana permainan di Krakatau Park. Untuk mendukung pelaku usaha sekitar, ASDP pun menghadirkan Siger Market Mandiri, di mana produk UMKM dipamerkan dan pelaku usahanya diberi pelatihan.

Hingga akhir Juni 2023, pembangunan Menara Siger BRI, Masjid BSI, Selasar Siger BTN, Siger Market Mandiri, dan Krakatau Park telah selesai. Sementara area parkir Siger Park, pembangunan telah mencapai 97 persen, Creative Hub BNI 61 persen, serta akses jalan menuju Krakatau Park mencapai 97 persen.

"Kami ingin Bakauheni Harbour City jadi pertumbuhan ekonomi baru di titik itu. Di mana tadinya ekonomi terbesar dari pelabuhan, sekarang ada pariwisata di paling selatannya Sumatera," beber Ira.

Gambar ilustrasi - Vision Masterplan Kawasan Bakauheni Harbour City Antara

Dia pun bercerita, jumlah penumpang di Pelabuhan Bakauheni dalam setahun mencapai 20 juta. Ia merasa, ASDP dapat menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi baru di kawasan yang dinilai potensial itu.

Sebelum menggarap Bakauheni Harbour City, ASDP sebelumnya sudah menyulap pelabuhan kumuh di Labuan Bajo menjadi destinasi kelas dunia bernama kawasan 'waterfront' Pantai Marina. Lokasi itu menjadi venue side event G20 lalu dan lokasi penyelenggaraan KTT Asean.

"Ini yang paling membanggakan bahwa kami menjadi akselerator pertumbuhan ekonomi yang baru di tempat itu. Jadi fungsi BUMN sebagai agent of development itu dijalankan," ucapnya.

Lebih lanjut, Ira menambahkan, ide mengembangkan sektor waterfront tourism sebenarnya sudah dimulai sejak 2019. Saat perayaan HUT ke-50, ASDP kemudian meluncurkan logo baru sebagai perwujudan transformasi yang dilakukan perseroan.

"Jadi value-nya harusnya bisa jadi lebih tinggi dari sekadar menjadi pelabuhan," tegasnya.

Tentu saja, transformasi ini membawa angin segar bagi masyarakat sekitar. Dengan bergerak maju dan memulai babak baru, ASDP menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Berlayar menuju masa depan, ASDP memperlihatkan bahwa perubahan dapat dibawa oleh mereka yang berani berinovasi dan bertransformasi. Dalam perjalanan setengah abadnya, ASDP telah bertransformasi dari operator pelabuhan dan ferry menjadi pelopor pengembangan pariwisata pesisir di Indonesia.

Memanfaatkan potensi yang ada, mereka menciptakan titik balik baru, menghidupkan ekonomi lokal, dan membuka peluang baru bagi masyarakat. Mungkin, itulah yang paling indah dari sebuah transformasi: bukan hanya berubah bentuk, tetapi juga memberikan dampak yang signifikan bagi sekitarnya.***

Editor: MR Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler