Apa Itu Anosmia dan Parosmia, Apakah Termasuk Gejala Awal Covid-19

19 Januari 2022, 14:45 WIB
ILUSTRASI: apa itu anosmia dan parosmia gangguan indera penciuman /PIXABAY/Engin_Akyurt

BERITA DIY - Berikut penjelasan apa itu Anosmia dan Parosmia, adakah hubungannya dengan Covid-19?

Mungkin istilah Parosmia masih asing bagi sebagian orang. Namun sebenarnya Anosmia dan Parosmia memiliki kesamaan yaitu gangguan dalam indra penciuman

Anosmia dan Parosmia juga memiliki gejala yang hampir mirip. Anosmia biasanya dialami oleh orang yang terpapar Covid-19.

Baca Juga: Cara Mengembalikan Indra Penciuman Akibat Anosmia saat Covid-19

Anosmia adalah hilangnya kemampuan indera penciuman. Lalu apa perbedaan Anosmia dan Parosmia?

Jika Anosmia adalah hilangnya sensasi penciuman. Jadi orang yang mengalami Anosmia tidak bisa merasakan bau atau sensasi.

Tetapi jika Parosmia adalah gangguan pada indera penciuman tetapi orang penderita Parosmia bisa mendeteksi aroma sesuatu padahal tidak ada aroma apapun.

Baca Juga: Cara Mengembalikan Indra Penciuman, serta Kenali Gejala Covid-19 Selain Anosmia

Yang membuat penderita Parosmia mengalami hal diatas karena dikacaukan dengan kondisi phantosmia.

Gejala Parosmia yaitu merasakan bau busuk yang terus-menerus, terutama saat ada makanan.

Karena nantinya penderita Parosmia akan merasakan bau yang berbeda dengan apa yang ada didepan matanya.

Baca Juga: 5 Obat Alami Sembuhkan Anosmia, Penyakit Hilang Penciuman dan Perasa Penderita Covid-19

Penyebab Parosmia adalah gangguan pada neuron (pendeteksi aroma) yang diakibatkan oleh virus atau kondisi kesehatan lainnya.

Perlu diketahui bahwa neuron melapisi hidung dan memberi tahu otak Anda bagaimana menafsirkan informasi kimia yang membentuk bau.

Dikutip dari Healtline orang yang mengalami Parosmia ada kemungkinan terpapar Covid-19 seperti orang yang mengalami Anosmia.

Baca Juga: Cara Mengatasi ANOSMIA atau Hidung Tak Bisa Mencium Bau: Ini Penyebab Hilangnya Indra Penciuman

Satu studi tahun 2021 dari dua orang dewasa yang pulih dari COVID-19 melaporkan perubahan tersebut. Pertama, seorang pria berusia 28 tahun melaporkan mencium bau karet terbakar setelah pulih dari Anosmia, yang terjadi 87 hari setelah sakit. Orang dewasa lainnya, seorang wanita berusia 32 tahun, melaporkan mencium bau bawang setelah 72 hari.

Kasus-kasus seperti itu menunjukkan parosmia sebagai kemungkinan komplikasi jangka panjang dari COVID-19. Peneliti dari penelitian ini mencatat bahwa parosmia terkait COVID-19 dianggap langka, dan profesional medis lainnya menunjukkan bahwa parosmia setelah COVID-19 adalah tanda bahwa sistem penciuman Anda mungkin pulih.***

Editor: Muhammad Suria

Sumber: Healthline

Tags

Terkini

Terpopuler