BERITA DIY - Banyak legenda yang tersebar di seantero tanah air. Namun tak banyak orang yang mengetahui salah satu legenda Jawa Tengah ini. Legenda Gunung Slamet, salah satu cerita rakyat Jawa Tengah.
Legenda Gunung Slamet
Cerita Rakyat Jawa Tengah tentang legenda gunung slamet. Konon pada dahulu kala Gunung Slamet adalah gunung yang sangat tinggi.
Saking tingginya Gunung Slamet, ketika ada yang mendaki gunung sampai puncak, yang mendaki bisa mengambil bintang dilangit.
Namun orang-orang tidak ada yang berani ke puncak, karena takut dewa di surga marah karena ada yang mengambil bintang.
Keindahan bintang dilangit ternyata tidak hanya memukau manusia saja, monyet pun terpukau akan keindahan bintang-bintang dilangit.
Suatu ketika, para monyet mendaki gunung slamet dan mengambil beberapa bintang-bintang dilangit, yang dipimpin oleh Raja Monyet.
Setelah bintang-bintang diambil oleh para monyet, langitpun menjadi gelap, manusiapun sedih, dewa-dewa di surga pun marah atas tindakan monyet.
Batara Guru adalah pemimpin para dewa.
Baca Juga: Agnez Mo Kenang Masa Pacaran dengan Deddy Corbuzier, Agnez Mo: Hubungan yang Nggak Pernah Gue Sesali
Batara Guru mengadakan pertemuan. Ia mengundang Batara Narada, Batara Brama, Batara Bayu, dan lainnya.
Batara Narada mempunyai ide bagaimana cara menghentikan monyet.
Mereka akan meminta bantuan Ki Semar.
Ki Semar sebenarnya adalah dewa juga, tapi dia tidak tinggal surga, dia memilih tinggal di bumi bersama anak anaknya yaitu, Gareng, Petruk, Bagong.
Ki Semar memiliki kesaktian yang luar biasa, dia bahkan bisa memotong puncak gunung, tapi Ki Semar ingin memberi pelajaran kepada para monyet yang sudah mengambil bintang di langit.
Baca Juga: Dunia Pendidikan Indonesia Berduka, Elizabeth International Ucapkan Duka Wafatnya I Gede Ardika
Monyet-monyet itu harus dihukum karena mengambil bintang di langit.
Ki Semar akhirnya membuat rencana bersama anak-anaknya. Pembagian tugas pun dilakukan.
Gareng ditugaskan untuk memancing monyet untuk turun dari gunung, lalu Gareng pergi ke atas gunung dan memancing monyet dengan memberi mereka pisang.
Setelah monyet berhasil turun gunung, Ki Semar bergegas untuk membelah puncak gunung.
Sebagian besar dilemparkannya ke Cirebon yang menjadi Gunung Ceremai dan bagian-bagian kecilnya menjadi gunung-gunung kecil, seperti Gunung Clirit, Gunung Tapak, dan lainnya.
Para monyet berhasil turun dari gunung, Petruk sudah menunggu dibawah dengan membawa sejumlah air panas untuk disiramkan kepada para monyet-monyet.
Rombongan para monyet tak kunjung datang, Petruk tidak tahu kalau rombongan monyet ketika mengejar Gareng ditengah jalan dihadang oleh seekor naga raksasa dan terjadi pertengkaran hebat, kemudian monyet dan naga akhirnya mati.
Karena lelah menunggu monyet tak kunjung datang, akhirnya Petruk meninggalkan tempat itu.
Baca Juga: Jumpai Teten Masduki, Shopee Sebut Pedagang Lokal dan UMKM Mendominasi Platform hingga 97 Persen
Dia tidak membawa air panas yang dibawanya dan meninggalkannya disana.
Tempat dimana air panas itu ditinggalkan sekarang orang-orang menamai dengan nama Guci.
Itulah Cerita Rakyat Jawa Tengah tentang Legenda Gunung Slamet.***