Dalam konteks sosial dan politik, penggunaan kata "slepet" oleh Cak Imin menjadi representasi dari keinginan untuk menggugah kesadaran sosial, menggerakkan perubahan, dan mengingatkan tentang pentingnya keadilan dan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat.
Ini menunjukkan komitmen Cak Imin untuk membawa nilai-nilai dan prinsip-prinsip pesantren ke dalam praktik pemerintahan dan kebijakan publik.
Cak Imin memperkenalkan "slepet" sebagai metafora yang kaya akan makna dan relevansi, baik dalam konteks pendidikan di pesantren maupun dalam diskusi politik yang lebih luas.
Istilah ini menggambarkan pendekatan yang tegas namun penuh makna dalam menghadapi berbagai isu sosial dan politik, dengan tujuan akhir untuk mewujudkan perubahan positif bagi masyarakat.
Baca Juga: Isi Putusan MKMK tentang Usia Capres Cawapres MK
Konteks Pemakaian Istilah "Slepetnomic" oleh Cak Imin
Dalam debat cawapres 2024, Cawapres nomor urut 1, Abdul Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menarik perhatian publik dengan penggunaan istilah "Slepetnomic".
Ini bukan hanya menjadi pembahasan di debat, tetapi juga mencuat sebagai topik viral di media sosial, khususnya dengan tagar #SlepetNomic.
Istilah ini diambil dari kata "slepet", yang sebelumnya dipopulerkan oleh Cak Imin melalui interaksinya di media sosial dan debat.
Pengertian "Slepetnomic"