Dengan membasuh kaki para murid, Yesus memberikan teladan sempurna akan kerendahan hati, sebab Ia membungkuk, membasih kaki dan melayani mereka.
Dalam tardisi biasanya guru yang dilayani oleh murid-muridnya. Namun, Yesus membangun tradisi baru: Seorang pemimpin harusnya melayani anak buahnya.
Belum lagi salib yang nanti akan ditanggung oleh-Nya. Semua ini adalah bentuk totalitas Yesus untuk solider dengan mereka yang paling menderita.
Hal ini kontras dengan sikap para rasul yang saat itu dilayani Yesus. Meskipun tergolong sebagai orang-orang kecil, mereka berebut posisi untuk menjadi yang terbesar.
Lihatlah Petrus yang dengan penuh kesombongan dalam rangka mengambil hati Yesus, ia berkata, "Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!".