Sikap ini mirip dengan sikap orang Farisi yang marah dan iri hati karena kabar gembira diperluas kepada orang-orang terbuang.
Rahmat belas kasih dan pengampunan Allah bagi orang berdoa tidak menjadi berita yang menggembirakan bagi si sulung karena ia menghayati ketaatan terhadap perintah-perintah ayahnya sebagai suatu kewajiban yang harus mendapatkan balasan.
Sikap ini mirip dengan orang Farisi yang merasa berhak atas imbalan yang lebih besar dibandingkan dengan orang lain. Karena itu, mereka merasa kecewa dan cemburu karena belas kasihan Yesus tertuju kepada orang berdosa.
Mari kita menempatkan diri kita pada posisi si anak bungsu. Kita mungkin telah meninggalkan rumah Tuhan dan menjauh dari-Nya. Kita mungkin juga berpikir bahwa kita tidak pantas untuk diampuni karena dosa-dosa kita.
Namun, Tuhan selalu memperhatikan kita, merindukan kita dan menunggu kita pulang. Tuhan tidak pernah berhenti mengasihi kita, Ia tidak akan pernah meninggalkan kita, Tuhan dengan sabar menunggu kita pulang.