Setelah itu Suharso diingatkan bahwa jika bertemu dengan kiai harus meninggalkan "tanda mata".
"'Kalau datang ke beliau beliau itu mesti ada tanda mata yang ditinggalkan' Wah saya nggak bawa. Tanda matanya apa? sarung? peci? Al Quran atau apa? 'Kayak nggak ngerti aja pak Harso ini'. Dan itu di mana-mana setiap ketemu, nggak bisa, bahkan sampai hari ini kalau kami ketemu di sana, kalau salaman-nya nggak ada amplop-nya, itu pulangnya itu sesuatu yang hambar. Ini masalah nyata yang kita hadapi saat ini," jelasnya.
Berikut profil dan biodata Suharso Monoarfa
Pria kelahiran 31 Oktober 1954 ini lahir di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Ia keturunan dari keluarga pengusaha Gorontalo.
Hal itu terlihat dari nama belakang Suharso Monoarfa, 'Monoarfa' yang merupakan nama marga di Gorontalo.
Sebelum masuk ke dunia politis, ia merupakan seoran gpengusaha, sama seperti keluarga besarnya di Gorontalo.
Perjalanan pertama di dunia politik yakni pada periode 2004-2009 dengan menjadi anggota DPR.
Tidak berhenti di situ, Suharso Manoarfa melanjutkan karirnya menjadi anggota DPR pada tahun 2009-2014 mewakili fraksi Parta Persatuan Pembangunan.