نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ
Nawaitu an a’takifa fii hadzal masjidi maa dumtu fiih
Artinya: “Saya berniat I’tikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.”
2. Berdiam diri di masjid sekurang-kurangnya selama tumaninah sholat
3. Masjid sebagai tempat i’tikaf
4. Orang yang beri’tikaf.
Pada rukun I’tikaf nomor 2 dan 3, berdasarkan Fatwa Tarjih Muhammadiyah (2009), yang digolongkan sebagai masjid menurut ulama Hanafi adalah masjid yang memiliki imam dan muadzin khusus, baik dimanfaatkan untuk pelaksanaan sholat lima waktu atau tidak.
Baca Juga: Sebut Penangkapan Eks Sekretaris FPI Kurang Kerjaan, Fadli Zon: Saya Mengenal Baik Munarman
Adapun masjid menurut ulama Hambali adalah masjid yang bisa dipakai untuk melaksanakan i’tikaf diutamakan masjid jami’ (masjid yang biasa digunakan untuk melaksanakan sholat jumat) dan tidak mengapa jika dilakukan di masjid biasa.
Kemudian syarat orang yang beri’tikaf adalah:
-Beragama islam
-Sudah baligh baik laki-laki maupun perempuan
-Dilaksanakan di masjid, baik masjid jami’ atau masjid biasa
-Orang yang beri’tikaf hendaklah memiliki niat i’tikaf
-Orang yang tidak berpuasa boleh melakukan i’tikaf
-Bebas dari hadas besar
Itulah amalan-amalan yang bisa dilakukan di waktu Lailatul Qadar.***