Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)
Artinya: Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya, (HR al-Bukhari).
Jadi orang yang dikehendaki baik oleh Allah, ia akan ditimpa musibah dan diberi kekuatan oleh Allah untuk bersikap sabar dalam menanggung dan menghadapi musibah yang menimpanya.
Sabar dalam menghadapi musibah artinya musibah yang menimpa tidak menjadikan seseorang melakukan sesuatu yang dilarang dan diharamkan oleh Allah. Seseorang yang ditimpa kemiskinan, misalkan, jika kemiskinan yang menimpanya tidak menyebabkannya mencari harta dengan jalan mencuri, merampok, korupsi dan perbuatan-perbuatan lain yang diharamkan oleh Allah, maka artinya ia telah bersikap sabar dalam menghadapi musibah kemiskinan yang menimpanya.
Musibah yang menimpa, terkadang tidak hanya menyebabkan seseorang melakukan perbuatan haram. Bahkan lebih dari itu, terkadang menjadikannya melakukan atau mengucapkan perkataan yang menjerumuskannya pada kekufuran. Seperti orang yang ketika anggota keluarganya meninggal dunia, ia mengatakan bahwa Allah zalim, Allah tidak adil, Allah bukan tuhan yang berhak disembah, dan perkataan lain yang membatalkan keislaman dan keimanannya. Na’udzu billah min dzalik. Hal yang demikian wajib kita hindari.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seseorang yang memahami ilmu agama dengan baik dan memegang teguh ajaran Islam sebagaimana mestinya, maka musibah yang menimpanya tidak akan menambahkan kepadanya kecuali sikap sabar dan peningkatan ibadah kepada Allah. Bahkan para wali Allah, kegembiraan mereka atas bala’ dan musibah yang menimpa mereka lebih besar daripada kegembiraan mereka atas kelapangan hidup dan keluasan rezeki yang dianugerahkan kepada mereka. Oleh karena itu, sebagian kaum sufi mengatakan:
وُرُوْدُ الْفَاقَاتِ أَعْيَادُ الْمُرِيْدِيْنَ
Artinya: Datangnya berbagai musibah adalah hari raya bagi para pencari kebahagiaan di akhirat.
Mereka menganggap bahwa musibah yang menimpa adalah hari raya bagi mereka. Dengan itu, musibah akan meningkatkan ketaatan dan ibadah mereka kepada Allah ta’ala.
Hadirin rahimakumullah,
Suatu ketika, datang seorang perempuan ke hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tujuan agar beliau berkenan memperistri putrinya. Perempuan itu memuji putrinya di hadapan beliau dengan mengatakan bahwa putrinya sangat cantik jelita dan memiliki kesehatan yang sempurna. Bahkan sakit kepala pun tidak pernah ia rasakan. Rasulullah lantas menjawab:
لَا حَاجَةَ لِي فِيْهَا
Artinya: Saya tidak membutuhkannya, saya tidak mau menikahinya.
Kenapa Rasulullah menolak tawaran itu? Karena beliau mengetahui bahwa seseorang yang berlimpah kesenangan di dunia dan tidak pernah ditimpa musibah, maka ia adalah orang yang sedikit kebaikannya di akhirat. Seseorang yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan pada dirinya berbagai musibah di dunia.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَغَيْرُهُمَا)
Maknanya: “Manusia yang paling berat ujian dan musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan sekuat apa ia pegangteguh agamanya” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya).