Ketika orang Quraisy menghancurkan Ka'bah Suci untuk dibangun kembali, perselisihan muncul ketika bangunan tersebut mencapai tingkat Hajar Aswad.
Mereka berbeda pendapat tentang siapa yang berhak mengembalikan Hajar Aswad ke tempat asalnya. Perang saudara pun akan segera pecah gara-gara perkara itu.
Banu Abdu'd-Dar membawa semangkuk penuh darah dan semua suku memasukkan tangan mereka ke dalamnya, yang berarti mereka telah memutuskan untuk bertarung satu sama lain.
Namun, Abu Umayya Ibn al-Mugheera, sesepuh mereka, meminta orang Quraisy untuk menyetujui penilaian orang pertama yang datang melalui Gerbang Bani Shaybah. Mereka pun menyetujui saran ini.
Rupanya yang pertama datang melalui Gerbang Bani Shaybah adalah Nabi Muhammad Saw. Ini lima tahun sebelum kenabiannya.
Ia meletakkan Hajar Aswad di tengah selembar kain, dan meminta perwakilan dari masing-masing suku untuk memegang salah satu ujung kain dan mengangkatnya ke tempatnya.
Kemudian Nabi Saw mengambilnya dengan tangannya sendiri dan mengembalikannya ke tempat asalnya. Beginilah cara Nabi Saw mencegah pecahnya perang di antara kaum Quraisy dengan mempraktikan kebijaksanaan tertinggi.
Hadits yang berhubungan dengan Hajar Aswad
Ibn Abbas ra menceritakan bahwa Nabi Saw sambil bersandar pada Ka'bah berkata: “Hajar al-Aswad dan al-Maqam (Ibrahim) adalah dua permata dari permata surga. Jika Allah SWT tidak menyembunyikan pancaran mereka, mereka akan menerangi segala sesuatu antara Timur dan Barat." (HR. Tirmidzi)