Tradisi Malam Satu Suro Tahun Baru Islam: Ini Makna Ritual Tawaf Keraton dan Jamasan Pusaka di Yogyakarta

- 9 Agustus 2021, 19:19 WIB
Makna tradisi malam satu suro di Yogyakarta kerap dirayakan dengan ritual tawaf Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan jamasan yang dilakukan jelang Tahun Baru Islam, 1 Muharram.
Makna tradisi malam satu suro di Yogyakarta kerap dirayakan dengan ritual tawaf Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan jamasan yang dilakukan jelang Tahun Baru Islam, 1 Muharram. /Twitter.com/@kratonjogja

BERITA DIY - Tradisi malam satu suro di Yogyakarta kerap dirayakan dengan ritual tawaf Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan jamasan. Apa makna dari peringatan jelang Tahun Baru Islam, 1 Muharram tersebut?

Ritual memutari benteng saat malam satu suro diniatkan oleh para abdi dalem dan masyarakat Yogyakarta sebagai tradisi nenek moyang, sudah tua sebelum Islam datang ke nusantara.

Hamipir di semua agama, termasuk Islam, ada dua dua metode berjalan melingkar yang dianggap tradisi dan punya makna, yakni: melawan arah jarum jam dan searah jarum jam.

Baca Juga: Link Download Twibbon 1 Muharram 1443 H, Tahun Baru Islam yang Jatuh Pada 10 Agustus 2021 untuk WA, FB, dan IG

Baca Juga: Doa Akhir Tahun dan Awal Hijriyah Kapan Dibaca, Ini Penjelasan Lengkap dengan Latin dan Arti Bahasa Indonesia

Dalam ajaran Hindu dan Budha, berjalan melingkar melawan arah jarum jam disebut prasawiya, sementara mengikuti arah jarum jam disebut pradaksina.

Prasawiya, dalam Hindu Budha dimaknai sebagai membangun hubungan vertikal dengan Tuhan, sementara pradaksina ditujukan untuk membentuk moralitas.

Tradisi Islam pun sangat kental dengan berjalan melingkar seperti tawaf yang dilakukan ketika naik haji.

Baca Juga: Doa Akhir Tahun dan Awal Hijriyah Kapan Dibaca, Ini Penjelasan Lengkap dengan Latin dan Arti Bahasa Indonesia

Halaman:

Editor: Arfrian Rahmanta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x