Kenapa Kirab Malam 1 Suro Harus Pakai Pakaian Hitam? Fakta Tradisi Tahun Baru Kalender Jawa di Keraton Solo

Berita DIY - 19 Jun 2025, 12:00 WIB
Penulis: Aziz Abdillah
Editor: Tim Berita DIY
Kenapa kirab malam 1 suro harus pakai pakaian hitam? ini sederet fakta tentang tradisi tahun baru kalender Jawa di Keraton Solo.
Kenapa kirab malam 1 suro harus pakai pakaian hitam? ini sederet fakta tentang tradisi tahun baru kalender Jawa di Keraton Solo. /Instagram/@mangkunegara

BERITA DIY - Berikut informasi kenapa kirab malam 1 suro harus pakai pakaian hitam? ini sederet fakta tentang tradisi tahun baru kalender Jawa di Keraton Solo.

Setiap tahun, Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo menjadi pusat perhatian masyarakat Jawa saat menyambut Tahun Baru Jawa, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam. Salah satu tradisi yang paling dinanti adalah Kirab Malam 1 Suro, sebuah prosesi sakral yang digelar pada malam 1 Suro.

Tradisi ini tidak hanya memikat warga Solo dan sekitarnya, tetapi juga wisatawan yang ingin menyaksikan kekayaan budaya Jawa. Salah satu elemen unik dari kirab ini adalah kewajiban peserta untuk mengenakan pakaian serba hitam, yang memiliki makna mendalam.

Mengapa pakaian hitam menjadi syarat utama? Apa saja fakta menarik di balik tradisi ini? Artikel ini akan mengulas secara lengkap makna pakaian hitam, sejarah kirab, serta elemen-elemen penting lainnya seperti peran Kebo Bule Kyai Slamet dan ritual tapa bisu.

Baca Juga: Cara Cek dan Link Pengumuman Mandiri Unesa 2025 Non Tes UTBK dan IUP Gel 2 Hari Ini Jam Berapa Hasil Seleksi?

Makna Pakaian Hitam dalam Kirab Malam 1 Suro

Salah satu ciri khas Kirab Malam 1 Suro adalah penggunaan pakaian serba hitam oleh semua peserta, baik pria maupun wanita. Pria mengenakan busana Jawi Jangkep berwarna hitam, pakaian adat Jawa yang mencakup beskap, kain jarik, dan blangkon. Sementara itu, wanita mengenakan kebaya hitam yang anggun namun sederhana. Menurut laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, aturan ini bukan sekadar estetika, melainkan sarat dengan makna filosofis.

Pakaian hitam melambangkan introspeksi diri dan penyesalan atas kesalahan di masa lalu. Warna hitam mencerminkan suasana khidmat, mengajak peserta untuk merenungkan perbuatan selama setahun terakhir dan berkomitmen menjadi pribadi yang lebih baik di tahun baru. Dalam budaya Jawa, hitam juga diasosiasikan dengan kesederhanaan dan kerendahan hati, mengingatkan peserta untuk menanggalkan sifat sombong atau kemewahan duniawi selama prosesi sakral ini.

Selain itu, pakaian hitam menciptakan suasana yang mendukung tapa bisu, ritual di mana peserta dilarang berbicara selama kirab. Keheningan ini memperkuat fokus pada perenungan batin, memungkinkan peserta untuk menyelami makna spiritual dari malam 1 Suro sebagai awal baru dalam kalender Jawa.

Sejarah dan Asal-Usul Kirab Malam 1 Suro

Kirab Malam 1 Suro bukanlah tradisi baru. Prosesi ini telah berlangsung selama ratusan tahun di Keraton Solo, berakar dari kebiasaan Sri Susuhunan Pakubuwono X (1893–1939). Menurut catatan Pemerintah Kota Surakarta, Pakubuwono X rutin mengelilingi tembok Baluwarti setiap Selasa dan Jumat Kliwon berdasarkan penanggalan Jawa, membawa pusaka keraton, termasuk tombak Kyai Slamet. Tradisi ini awalnya merupakan ritual pribadi sang raja untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi rakyatnya.

Halaman:

Tags

Terkini