Namun demikian sejarah yang melekat tentang kurban Idul Adha adalah kisah Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail AS.
Ketika itu, Nabi Ibrahim AS bermimpi ia menyembelih putranya. Sempat ragu, pada akhirnya ia yakin bahwa mimpi itu adalah wahyu Allah SWT.
Lalu ia mengatakan hal tersebut kepada sang anak Nabi Ismail AS. Atas kesalihan dan kepatuhannya terhadap Allah SWT dan sang ayah, ia rela untuk dikurbankan.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.' " (QS. As Saffat ayat 102)
Ketika Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Ismail AS, atas izin Allah SWT anaknya diganti dengan seekor domba.
Inilah yang menjadi landasan umat Islam hingga saat ini untuk melakukan kurban pada Hari Raya Idul Adha setiap tanggal 10 Dzulhijjah.
Umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah kurban bagi yang mampu karena memiliki hukum sunah muakadah atau sangat dianjurkan.
Ada beberapa ayat Al-Quran yang menganjurkan umat Islam untuk melakukan kurban, salah satunya Surat Al Hajj ayat 28.