Teks Khutbah Jumat Singkat 1 Dzulhijjah Terbaru 2022 dengan Tema: Haji Sebagai Panggilan Allah

- 1 Juli 2022, 06:35 WIB
Ilustrasi khutbah Jumat,  teks khutbah jumat singkat di bulan Dzulhijjah terbaru 2022 dengan tema haji sebagai panggilan Allah.
Ilustrasi khutbah Jumat, teks khutbah jumat singkat di bulan Dzulhijjah terbaru 2022 dengan tema haji sebagai panggilan Allah. /Pixabay/@Konevi

BERITA DIY - Berikut teks khutbah jumat singkat di bulan Dzulhijjah terbaru 2022 dengan tema haji sebagai panggilan Allah.

Bulan Dzulhijjah merupakan satu di antara bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT karena terdapat banyak keutamaan di dalamnya.

Beberapa keutamaan di bulan Dzulhijjah antara puasa sunnah Arafah dan Tarwiyah yang disempurnakan dengan menyembelih hewan qurban selepas sholat Idul Adha hingga hari Tasyrik berakhir.

Selain keutamaan diatas, di bulan Dzulhijjah ini pula terdapat salah satu ibadah yang merupakan rukun islam ke lima yaitu haji.

Baca Juga: Teks Materi Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah tentang Keutamaan Bulan Dzulhijjah dan Idul Adha 2022 Singkat

Ibadah Haji dilakukan setiap tahunnya di bulan Dzulhijjah tepatnya pada tanggal 10, 11, dan 12 Dzulhijjah.

Namun, Tidak semua umat Islam berkesempatan untuk bisa menunaikan ibadah haji dengan berangkat ke Makkah.

Oleh karenanya, mendapatkan panggilan Allah SWT ke Baitullah atau Ka'bah hendaknya disyukuri dengan penuh penghayatan.

Demikian pula mereka yang telah mendapatkan panggilan haji hendaknya juga menata niat bahwa inti dari ibadah yang tengah dilaksanakan adalah murni karena Allah SWT, bukan lantaran kepentingan lain.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat 1 Dzulhijjah NU Singkat Penuh Hikmah dan Keutamaannya, Tema Tarbiyah di Bulan Dzulhijjah

Berikut contoh teks khutbah jumat singkat di bulan Dzulhijjah terbaru 2022 dengan tema haji sebagai panggilan Allah dikutip dari jatim.nu.or.id:

Khutbah I

   الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلِ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ.

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ

 أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:  إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ. وقال أيضًا: إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ، فِيهِ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ مَقَامُ إِبْرَاهِيمَ وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Baca Juga: Teks Khutbah Idul Adha 2022 Singkat dan Jelas yang Mengharukan dan Menggetarkan Hati Jemaah

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Hal yang harus terus diingatkan khatib saat berada di atas mimbar adalah pesan takwa. Yakni mengajak dirinya sendiri dan jamaah yang berbahagia untuk selalu menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Oleh sebab itu marilah di kesempatan istimewa ini kita bersama meningkatkan takwallah tersebut. Harapannya setiap saat kita akan menjadi insan terbaik.

Hadirin yang Berbahagia

Di antara lima rukun Islam, haji merupakan ibadah yang tergolong “mewah dan berat”. Bukan hanya karena membutuhkan ongkos yang mahal bagi kebanyakan orang, tapi juga pelaksanaannya memakan waktu dan energi yang cukup banyak. Kesadaran akan keterpanggilan pun sangat menentukan. Betapa banyak orang kaya raya yang tak berangkat haji. Sebaliknya, betapa sering kita mendengar orang dengan ekonomi pas-pasan mampu menunaikan haji. Karena itu, tak heran bila haji adalah rukun yang paling jarang dipenuhi dibanding empat rukun lainnya, entah karena sengaja atau karena ada uzur syar’i.

Baca Juga: Inilah Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat Bertema Kematian yang Menyentuh Hati dan Membuat Haru

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Keramaian tentang ibadah haji biasanya sudah mulai kita dengar pada bulan Syawal dan Dzulqa’dah berlanjut kemudian Dzulhijjah yang memang menjadi momentum utama pelaksanaan haji. Dzulhijjah secara bahasa berarti bulan haji. Memasuki bulan ke-10 atau ke-11 orang-orang sudah disibukkan dengan tradisi walimatus safar atau syukuran menjelang keberangkatan haji. Media-media pun telah ramai memberitakan berbagai persiapan dan aktivitas di Tanah Suci. Mari kita doakan kepada saudara-saudara yang sedang menempuh perjalanan mulia ini, semoga senantiasa mendapat bimbingan dari Allah dan menghasilkan haji yang mabrur!  

Jamaah Hafidhakumullâh  


Di tengah hiruk pikuk orang berangkat haji itulah, orang-orang yang belum mendapat anugerah berangkat haji terpacu lagi gairahnya untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Semangat mereka seolah dipompa kembali, angan-angan agar bisa mengenakan pakaian ihram dan mengitari Ka’bah hidup lagi. Sebuah mimpi dan kehendak yang amat wajar.

Baca Juga: Teks Khutbah Jumat Terbaru Paling Bagus Lengkap dengan Doanya Tentang Sabar, Berserah Diri, dan Ridho Allah

Kewajiban haji salah satunya tertuang dalam ayat:

   وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا  

Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS Ali Imran: 97).  

Ayat ini kerap kita muncul dan dengar dalam konteks penjelasan tentang kewajiban berhaji bagi yang mampu. Dijelaskanlah tolok ukur mampu mulai dari segi ekonomi, kesehatan fisik, transportasi, keamanan, dan lainnya. Keterangan tersebut mengacu pada frasa dalam ayat: man-istathâ‘a ilaihi sabîlâ. Yang kerap tertinggal dari penjelasan tersebut justru frasa di awal: lillâh (untuk Allah).  

Baca Juga: Materi Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Menyentuh Hati Tema Mempersiapkan Bekal Sebelum Kematian

Lillâh dalam ayat tersebut amat krusial karena merupakan ruh dari kewajiban haji. Semampu apapun seseorang berhaji ia mesti memanjangkan niatnya secara serius untuk semata karena  dan kepada Allah Ta’âlâ. Jika kata “haji” secara bahasa berarti menyengaja, maka inti dari kesengajaan itu sepenuhnya tertuju pada maksud tulus menggapai ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Pertanyaannya: Bila keinginan kita ke Tanah Suci kembali meledak-ledak di musim haji ini, untuk siapa atau untuk apakah keinginan itu? Adakah yang terbesit selain beribadah kepada Allah di balik keinginan tersebut?  

Jamaah Jumat Hafidhakumullâh  

Di luar keperluan ibadah, haji tak dipungkiri memang mengandung kepentingan lain yang bersifat duniawi. Pertama, secara sosial, haji bisa membuat seseorang merasa “naik kelas” karena faktor budaya yang berkembang di masyarakat kita. Biaya haji yang tidak sedikit memberi kesan bahwa orang haji adalah orang mampu, mapan, dan kaya. Gelar “haji” yang diperoleh sepulang nanti juga kian menambah citra kesalehan dan kehormatan diri. Dengan demikian status sosial pun meningkat dari “biasa-biasa” saja menjadi “luar biasa”.  

Baca Juga: Materi Teks Khutbah Jumat Bulan Syawal Menyentuh Hati Tema Mempersiapkan Bekal Sebelum Kematian

Penyakit hati yang mengiringi kondisi ini biasanya adalah sombong, ujub, dan merasa “lebih” dari orang lain. Godaan jenis ini adalah yang paling sering menjangkiti jamaah haji atau siapa pun yang berkeinginan berangkat haji. Keuntungan duniawi yang diraup setelah pulang haji nanti tak jarang melenakan tujuan hakiki haji, yakni menunaikan pilar kelima dalam Islam tulus karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Gejala ini biasanya tampak ketika sepulang haji seseorang banyak berubah pada tataran penampilan ketimbang perilaku.    

Kedua, haji sebagai wahana jalan-jalan dan bersenang-senang. Bagi orang yang belum ke Makkah dan Madinah—apalagi belum pernah ke luar negeri mana pun—haji bisa jadi merupakan kemewahan tersendiri. Gambaran suasana Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Ka'bah, padang Arafah, atau bukit-bukit di tanah Arab yang biasanya hanya terpampang dalam foto dan media elektronik, akhirnya dialami secara nyata.

Dalam suasana psikologis demikian, tak jarang haji adalah sekaligus momentum berbelanja, selfie (swafoto), dan berkunjung ke tempat-tempat menarik. Penyakit haji yang biasanya menyertai adalah pamer, boros (mubazir), dan semacamnya.

Imam al-Ghazali dalam Al-Adab fid Dîn berpesan bahwa saat seseorang sampai di kota Makkah seyogianya menerapkan etika-etika yang patut, semisal memasuki Masjidil Haram dengan penuh rasa takzim, menyaksikan Ka'bah sembari takbir dan tahlil, dan lain sebagainya. Intinya, adab yang penting ditonjolkan adalah sikap rendah hati, sopan, tulus, dan penuh dengan gerak-gerik yang mengagungkan Allah.  

Baca Juga: Inilah Contoh Teks Khutbah Jumat Singkat Bertema Kematian yang Menyentuh Hati dan Membuat Haru

Di luar ada kedua motif status sosial dan jalan-jalan, dorongan lain seseorang datang ke Tanah Suci bisa jadi adalah meraup keuntungan ekonomi. Motif ini lazimnya melekat pada diri para pelaku bisnis yang mendapatkan berkah dari musim haji. Membludaknya jamaah adalah potensi pasar yang nyata. Momentum yang tepat adalah surga bagi komoditas untuk laris di pasaran.  

Hadirin yang Berbahagia
 
Sesuai dengan namanya, haji adalah persoalan menata niat, sebelum hal-hal lain menyangkut ongkos, transportasi, dan aktivitas manasik. Keliru menata niat akan berakibat pada kerugian yang besar, mengingat pengorbanan yang dicurahkan untuk ibadah haji juga besar. Bukankah sia-sia belaka membangun istana megah diatas pondasi yang rusak?   Secara fiqih ibadah haji mungkin sah, tapi secara hakiki bisa jadi keropos baik sejak sebelum berangkat haji, saat berhaji, bahkan setelah berhaji. Ini adalah tantangan yang amat sulit karena memang berurusan dengan persoalan hati. Apa yang terbesit di benak dan hati seseorang ketika dirinya berkeinginan naik haji? Sudah tuluskah karena ingin menghamba dan mencapai ridha Allah? Atau masih bercampur dengan noda-noda duniawi yang dapat merusak kualitas haji?

Bagi yang baru pada level ingin berangkat haji, ikhtiar mesti dimulai dari perjuangan menata niat, sembari mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan lain yang senantiasa dilumuri dengan doa kepada-Nya. Semoga kita termasuk orang-orang yang diberi kesempatan berkunjung ke Baitullah dan berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Halaman:

Editor: Aziz Abdillah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x