KLB Demokrat Dinilai Balas Dendam Politik Kubu Anas Urbaningrum ke SBY yang Dulu Dibabat Habis

- 6 Maret 2021, 16:02 WIB
Max Sopacua dicap pengkhianat usai dianggap mengkudeta Partai Demokrat. Ia menyinggung soal pegantian Anas Urbaningrum oleh SBY.*
Max Sopacua dicap pengkhianat usai dianggap mengkudeta Partai Demokrat. Ia menyinggung soal pegantian Anas Urbaningrum oleh SBY.* /Kolase dari Instagram.com/@susilobambangyudhoyono_sby dan Tangkap layar YouTube/BeritaSatu

BERITA DIY - Akademisi dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur Mikhael Raja Muda Bataona mengatakan kemelut yang terjadi di pusaran kekuasaan partai Demokrat hingga terbelah dua saat ini, bukan sebuah peristiwa aksidental tapi justru sejarah dalam jejak pengelolaan partai ini.

"Saya membaca kemelut partai Demokrat tidak boleh direduksi hanya pada kasus KLB hari ini, tetapi harus dicek secara kronologis jejak-jejak pertarungan dan peristiwa latar, juga variabel-variabel kunci yang bermain hingga terjadinya KLB ini," katanya, Sabtu, 6 Maret 2021.

Dia mengatakan residu kongres luar biasa pergantian Anas Urbaningrum ketika itu saat ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah awal mula pecahnya partai ini.

Baca Juga: Lonceng Kematian Partai Demokrat Kubu AHY Makin Kencang, Saiful Mujani: Tergantung Yasonna Laoly

Naiknya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggantikan Anas Urbaningrum, di mana orang-orang Anas kemudian dibabat habis ketika itu adalah basis material atau sebab lainnya yang membuat kasus saat ini demikian parah dan panas.

Belum lagi dilanjutkan dengan Kongres partai setahun silam yang disebut tidak demokratis, yang menetapkan AHY sebgai Ketua Umum adalah pemicu berikutnya yang turut serta menjadi variabel perusak harmoni partai berikutnya dari internal.

"Jadi fenomena ini jika dikaji dari perspektif politik kekuasaan maka saya kira inilah wajah asli pertarungan kekuasaan di internal partai politik kita. Jamak terjadi dan biasa terjadi karena yang paling purba dalam urusan politik adalah pertarungan kekuasaan dan kepentingan. Di mana, secara ilmu, harus dipahami bahwa tidak ada entitas sosial politik yang sangat solid, bersatu padu dan utuh," katanya seperti dikutip dari Antara.

Baca Juga: Permohonan AHY Lindungi Demokrat ke Mahfud MD Tak Dipenuhi, Annisa Pohan: Keadilan Pergi dari Negeri Ini

Artinya partai politik, tidak mungkin solid. Partai apa pun pasti terfragmentasi dalam banyak faksi. Hanya saja bagaimana kepemimpinannya yang akan menentukan solid tidaknya partai tersebut.

Sebagai entitas politik, partai politik seperti Demorkat adalah bangunan megah yang hanya nampak kompak dan kokok dari luar tapi di dalamnya sebenarnya tidak seperti itu.

Dalam setiap partai politik, sudah menjadi hal wajib bahwa sepanjang waktu akan penuh dengan pertarungan, gesekan, kompetisi dan bahkan saling jegal antar faksi.

Baca Juga: Diangkat Isu Kudeta, Elektabilitas Moeldoko Salip Puan dan Mulai Ancam AHY hingga Giring Nidji

Karena itu, fenomena KLB Demokrat ini dari kacamata teori konflik misalnya, itu hal lumrah dn biasa. Tinggal bagaimana manajemen kepemimpinannya, sebab bertarung antar faksi itulah jati diri setiap organisasi politik.

Hanya saja dalam kasus ini Demokrat sedang ketiban sial sebab kepemimpinannya yang tidak mampu menyatukan faksi-faksi dalam partai tersebut.

Setiap ketua umum partai di segala level harusnya paham apa yang paling primer menjadi budaya dalam politik yaitu perebutan kekuasaan itu abadi.

"Jadi siapa pun pemimpin partai, harus sudah paham sejak awal bahwa tugasnya adalah memanajemen semua faksi yang saling berkompetisi bahkan saling jegal di internal partai untuk bersatu memberi yang terbaik bagi kemajuan partai.***

Editor: Resti Fitriyani


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x